/   Kabar Seni

*Artikel ini disadur dari Yosefardi.com dan ditulis oleh Yuventius Nicky, anggota Koalisi Seni Indonesia.

 

Pada tanggal 6 Desember 2018, Pemerintah Indonesia mengadakan Kongres Kebudayaan. Kongres ini adalah kongres kesepuluh sejak pertama kali diadakan pada tahun 1918 di Surakarta, dengan nama Congers voor Javaansche Cultuur Ontwikkeling. Setelah berbagai pertemuan selama seratus tahun, akhirnya kita tiba pada sebuah pencapaian. Presiden Joko “Jokowi” Widodo berjanji untuk mendedikasikan lima triliun rupiah untuk Dana Perwalian Kebudayaan.

Pendanaan untuk program-program kebudayaan dan kesenian memang sudah ada sejak dulu, tetapi dana tersebut tersebar di berbagai institusi tanpa adanya tujuan utama yang jelas. Pemerintah tidak memiliki rancangan besar mengenai apa yang harus didanai dan untuk tujuan apa. Dengan demikian, kita tidak pernah bisa mengukur dengan baik hasil dari hibah-hibah terdahulu.

Untungnya, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan pada tahun 2017. Undang-Undang ini menjelaskan proses dan cara Indonesia dalam mengembangkan budayanya yang beragam. Undang-Undang tersebut menjabarkan kerangka kerja dalam memformulasikan Strategi Kebudayaan Indonesia.

Pada awal tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), khususnya Direktorat Jenderal Kebudayaan, memulai rangkaian prakongres di berbagai wilayah guna mengumpulkan pemikiran-pemikiran dari pemangku kepentingan di sana. Proses ini dirancang untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam pengumpulan data budaya tiap wilayah (mulai dari tingkat provinsi turun ke kabupaten dan kota), pengauditan infrastruktur, dan analisis kondisi setiap wilayahnya. Masukan-masukan dari tiap wilayah kemudian dibangun dan didiskusikan di Kongres Kebudayaan untuk menghasilkan dokumen Strategi Kebudayaan. Perwakilan dari para pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses ini menyerahkan strategi tersebut kepada Presiden Jokowi pada tanggal 9 Desember. Hal inilah yang kemudian berujung pada janji Presiden untuk mengalokasikan dana perwalian senilai Rp5 triliun pada 2019.

Perincian tentang bagaimana dan oleh siapa dana ini akan dikelola masih disusun. Kemendikbud telah bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk menyempurnakan mekanismenya. Hilmar Farid, selaku Direktur Jendral Kebudayaan Kemendikbud, telah menggagas ide mengenai siapa yang akan mengelola dana perwalian tersebut. Hilmar mengatakan kepada KBR.id bahwa institusi yang akan mengelola dana ini akan serupa dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Lembaga Pelayanan Publik yang dibentuk oleh Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Kemendikbud, Kementerian Agama, dan pemangku kepentingan lainnya.

Kita tentu menanti terbentuknya institusi tersebut, dan untuk dikelolanya Dana Perwalian Kebudayaan. Dengan bertambahnya sumber daya untuk membantu kegiatan kebudayaan, Indonesia akan memiliki sarana untuk melawan penyebaran ideologi-ideologi yang bermasalah. Harapannya, dengan bertambahnya paparan terhadap kegiatan-kegiatan kebudayaan, rakyat Indonesia akan lebih menghargai nilai-nilai dari hidup dalam keberagaman.

Dana perwalian ini akan juga membantu kita untuk meningkatkan jumlah acara dan kegiatan – setidaknya, itulah yang diharapkan. Dengan demikian, penciptaan karya itu sendiri mengandung nilai penting yang sama dengan apresiasinya.

Misalnya, di masa liburan ini, kita dapat berperan dalam pengembangan seni dan kebudayaan Indonesia dengan menyisihkan waktu untuk berekreasi. Tidak perlu khawatir, banyak hal yang dapat dilihat dan tempat untuk dikunjungi. Jika Anda berada di Jakarta, maka Anda harus mengunjungi Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) Museum, atau Galeri Nasional di Gambir. Bagi Anda yang di Bandung, bisa pergi ke tempat-tempat seperti Selasar Sunaryo. Untuk Anda yang berencana untuk bepergian keluar dari kota-kota besar, ada Jatiwangi Art Factory yang terletak di Majalengka. Jika Anda lebih menyukai seni pertunjukan, Anda dapat menonton Papermoon Puppet Theatre di Yogyakarta.

Cara terbaik untuk mendukung seni dan kebudayaan Indonesia adalah dengan menikmatinya. Dalam kata-kata bijak Presiden Jokowi, “Saya percaya bahwa inti kebudayaan itu adalah kegembiraan.”

Tulisan Terkait

Tinggalkan komentar

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.