/   
Ray Nayoan

Ray Arief John Nayoan atau karib dikenal Ray Nayoan adalah seorang penulis, penata gambar, dan sutradara film. Pria kelahiran 1978 ini tercatat telah merampungkan belasan film komersil dan pendek dan meraih nominasi di Piala Iqbal Rais untuk kategori Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana. 

 

Karya alumni studi Ilmu Perfilman, University of Western Ontario ini yakni, sutradara Takut: Faces of Fear, berdurasi 93 menit, 2008; penata gambar Yang Belum Usai, berdurasi 10 menit, 2008; Asisten sutradara Langit Biru, berdurasi 93 menit, 2011; sutradara, penulis skrip, dan penata gambar Sinema Purnama, berdurasi 98 menit, 2012; sutradara Jelita Sejuba: Mencintai Kesatria Negara, berdurasi 105 menit, 2018; sutradara Dering Setan, produser Vice Indonesia untuk series 10 Pertanyaan yang selalu ingin kamu tanyakan, 2018 – 2019; asisten sutradara, penulis, dan tim pengembangan Stra Strealers, 2020; dan sutradara, tim pengembangan, dan penulis Dealova 2, akan rilis segera di layar bioskop. 

 

Dalam tiap film garapannya, Ray ingin selalu menjadi seorang pendongeng yang asyik bercerita kepada penonton. Ia pertama kali mengenal piranti perekam jenis seluloid di era 1990-an hingga kini beradaptasi dengan digitalisasi. Di sela kesibukannya, Ray kerap hadir sebagai pembicara dan juri festival film di berbagai perguruan tinggi dan komunitas film. Kemampuannya menguasai beragam Teknik produksi film dari pengambilan gambar, editing video, penulisan skenario, hingga menyutradarai membuatnya mampu melebarkan sayap sebagai asisten produser dan asisten sutradara di industri periklanan dan produksi konten Youtube. 

 

Sederet karya dan konsistensinya di dunia perfilman telah membawanya meraih nominasi Piala Iqbal Rais untuk kategori Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana, alumni Berlinale Talent Campus 2010, dan pada 2008, ia menjadi peserta terpilih dalam pelatihan Penulisan Film Pendek ECCO yang dihadiri bersama penulis skenario dan sutradara asal Amerika, Tom Abrams. 

 

Ray mengaku kini sedang mencari cara produksi dan distribusi film terbaik, karena jalur produksi dan distribusi film yang telah mapan di Indonesia hanya terbatas pada mereka yang punya uang dan kekuasaan. Padahal menurutnya, aksesibilitas dalam memproduksi film seharusnya dapat dinikmati semua kalangan. Ia berharap ke depannya dapat tercipta ekosistem yang baik untuk semua jenis pembuat film di Indonesia. 

New Post

Imagination and critical thinking are the keys to change. Therefore, art is a fundamental prerequisite for the realization of democracy. Support us in establishing policies that fully advocate for artists.