BTP Blok H. 452 Kelurahan Buntusu,
Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar,
Sulawesi Selatan 90245
Kala Teater didirikan oleh Shinta Febriany, Syahrini Andriyani, Irmayani, Bakti Munir, dan Arman Dewarti pada tahun 2006 di Makassar. Perkumpulan ini berupaya mencapai visinya, yakni mengasah kepekaan antar-manusia melalui program penciptaan seni pertunjukan, kolaborasi lintas disiplin seni, pelatihan, residensi, diskusi, dan penelitian budaya.
Kala Teater bergerak di jalur teater kontemporer dan telah memproduksi puluhan pertunjukan yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia. Kala Teater menggagas program tahunan Festival Kala Monolog sejak tahun 2009 yang bertujuan untuk memetakan kehadiran aktor khususnya di Makassar dan secara umum di Indonesia serta program dua tahunan, yaitu Studio Aktor. Selain itu Kala Teater melaksanakan pula kegiatan reguler seperti Kelas Teater (membahas pendekatan dan metode penciptaan teater tokoh teater Indonesia dan dunia), Arisan Buku (diskusi buku), dan Bicara Karya (diskusi proses kreatif).
Sejak tahun 2015 Kala Teater menginisiasi proyek Kota dalam Teater (city in theatre project). Proyek ini merupakan proyek pembacaan isu kota melalui riset terhadap warga kota berdurasi sepuluh tahun (2015-2025). Hasil riset diwujudkan melalui pertunjukan teater dokumenter. Proyek ini telah melakukan beberapa riset dalam konteks wilayah kota Makassar, yaitu riset Kemacetan Lalu Lintas, Sampah dan Polusi Kata-kata, Banjir, Peningkatan Jumlah Orang Bunuh Diri, Peningkatan Jumlah Orang Gila, Reklamasi Pantai Losari, Pengalaman Traumatik Perempuan, dan terakhir di masa pandemi melakukan riset tentang Fenomena Ketubuhan Warga Makassar di Masa Pandemi.
Beberapa pertunjukan yang telah digelar Kala Teater, yakni Suara-suara Gelap (dari ruang dapur) naskah dan sutradara Shinta Febriany (2019), Waktu Tanpa Buku karya Lene Therese Teigen terjemahan Faiza Mardzoeki sutradara Shinta Febriany (2020), dan Awal dan Mira karya Utuy Tatang Sontani sutradara Shinta Febriany (2020). Kala Teater menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain Yayasan Kelola, International Organisation for Migration (IOM) Makassar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Japan Foundation, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi Selatan, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan, Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF), Universitas Indonesia.