Andi Malewa adalah seorang aktivis sosial, sosialprenur, dan pendiri Institut Musik Jalanan. Pria kelahiran Kota Makassar, 6 Januari 1982 ini aktif memperjuangkan kesetaraan dan aksesibilitas bagi kaum marjinal melalui rumah baca dan musik.
6 tahun mengecap pahitnya hidup sebagai buruh pabrik hingga mengadu nasib di jalanan ibu kota membuat Andi memiliki kepekaan pada isu kesenjangan kelas ekonomi dan sosial. Minimnya akses pendidikan, maraknya kekerasan, dan pandangan sebelah mata pada musisi jalanan adalah sengkarut masalah yang ia saksikan di Jakarta. Hal itulah yang membuatnya kembali ke jalanan, meski telah mengantongi ijazah sarjana Teknik Informatika dengan predikat terbaik ke-3 di Fakultas Teknik, Universitas Pancasila.
Pada 2007, Andi mengubah ruangan bekas di Terminal Depok, Jawa Barat, yang semula kerap dijadikan tempat judi dan pesta miras, menjadi Rumah Baca Panter ramah anak. Satu persatu buku ia dapatkan dari sumbangan rekan – rekan yang ia kenal baik secara luring maupun daring. Di rumah baca itu pula, ia melakukan kegiatan edukasi, hiburan, dan sosialisasi HIV/AIDS sebagai upaya pencegahan di kalangan anak – anak jalanan. Usahanya berbuah manis, rumah baca itu pun ramai dikunjungi anak – anak jalanan, dan pemabuk yang sungkan akhirnya pergi.
Dari literasi, pada 2014, Andi bersama Iksan Skuter dan Frysto Gurning mendirikan Institut Musik Jalanan (IMJ) yang menjadi wadah musisi jalanan, IMJ menjadi ikhtiar Andi dkk untuk menghilangkan stigma yang lekat pada musisi jalanan, bahkan berhasil merangkul penyandang disabilitas, menjadi ruang aman bagi mereka untuk berkarya. IMJ menjadi rumah bagi ratusan musisi jalanan yang tersebar di Jabodetabek, Cikampek, Karawang, Cirebon, Bandung, Garut, Ambarawa, Salatiga, Semarang, dan Yogyakarta.
Tak hanya ruang aman untuk berkarya, IMJ juga mengadvokasi agar musisi jalanan dapat tampil di ruang publik, Supercard (Support Performer Card), menjadi kartu sakti yang mewujudkannya. Berkat Supercard, kini para musisi jalanan menghibur masyarakat di area publik, dari pusat perbelanjaan, stasiun MRT, M Block Space, Thamrin 10, hingga Kawasan Pecinan Semawis, Semarang. Apresiasi pun mengalir tak hanya dalam bentuk tunai, melainkan non tunai atau scan QR Code yang semakin memudahkan masyarakat menghargai karya mereka. Dengan metode non tunai, IMJ menjadi inisiator ngamen online pertama di Asia Tenggara, dan ketiga di dunia, setelah Cina dan Inggris.
Berkat sederet dedikasinya pada masyarakat, bapak dua anak ini berhasil menyabet beragam penghargaan, di antaranya, The Most Helpful People Smartfren Community of Indonesia (2012), Cahaya dari Timur Award kategori People Music Empowerment (2014), Nomiator Kick Andy Heroes (2016), Bukalapak Award (2017), dan Tokoh Pelopor Pemberdayaan Masyarakat Jawa Barat (2017).