Diah Sekar Widhi adalah seorang akuntan dan pecinta seni yang sempat menekuni karir sebagai art administrator di Yayasan Kelola (2016 – 2019). Lulusan Ilmu Akuntansi, Universitas Diponogoro, Semarang, ini meraih Program Magang Nusantara Yayasan Kelola pada 2008.
Perempuan kelahiran 1985 ini meminati bidang media, aktivisme seni, seni kontemporer, advokasi sosial, edukasi teknologi, kewirausahaan, hingga riset pengembangan urban. Bekal ilmu, pengalaman, dan koneksi yang ia dapatkan setelah meraih Program Magang Nusantara Yayasan Kelola, kian memantapkan langkahnya untuk menekuni manajemen seni. Ia tercatat sebagai sekretaris di Jakarta Biennale 2008 – 2009, mengurus material pameran seperti katalog, koordinator logistik, dan lokakarya selama pameran berlangsung. Pada 2009 – 2011 ia menjabat sebagai galeri manager di Nadi Gallery Jakarta, bersama rekan – rekannya, ia menjadi kunci suksesnya pameran seni. Dua tahun berprofesi sebagai manajer galeri membuat Diah memahami hulu hingga hilir proses manajemen penciptaan karya, dari pengembangan ide, pengaturan logistik seni, proses produksi katalog, hingga penjualan karya.
Di tahun – tahun berikutnya ia bekerja di beberapa perusahaan berskala internasional sebagai General Affairs dan koordinator logistik. Pada 2016 – 2019 ia kembali ke bidang pengelolaan seni sebagai administrator seni di Yayasan Kelola, mengurus pencarian dana, publikasi, monitoring, dan evaluasi program hibah seni. Dari pengalamannya berkutat di bidang manajemen seni, masalah pendanaan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya seni menjadi penyebab minimnya jumlah filantropi seni di Indonesia. Bersama Yayasan Kelola, ia berupaya meyakinkan besarnya peran seni budaya pada pengembangan karakter bangsa yang mampu melerai pertikaian dan diskriminasi. “Seni selalu dianggap bukan prioritas dan dianggap tidak berkontribusi terhadap pembangunan. Di sinilah pentingnya komunitas atau kelompok seni memiliki manajer seni,” ujar perempuan yang didapuk sebagai fasilitator Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) Kemendikbud, 2019 ini.
Kini ia bekerja penuh waktu sebagai HR GA di salah satu perusahaan Publishing Game dan bekerja paruh waktu menggarap beberapa project di Yayasan Kelola. Lewat kiprahnya di bidang manajemen seni, ia berharap kelak dunia seni memiliki ekosistem yang berkelanjutan, saling terhubung pula mendukung satu sama lain, dan independen.