Rahmadiyah Tria Gayathri, akrab dipanggil Ama, adalah seniman lintas media, produser, aktivis, dan pegiat literasi kebencanaan. Lahir di Palu, 11 Juni 1992, pernah menempuh Pendidikan di Teknik Informatika di STMIK Bina Mulia pada tahun 2011. Tumbuh dan bekerja di Kota Palu, Ia mendirikan kolektif Forum Sudut Pandang dan kerap terlibat sebagai inisiator pelbagai kerja kolektif seni di sana. Di antara kesibukan menghidupi Forum Sudut Pandang, Ama menjadi bagian beberapa organisasi seperti U-Inspire Indonesia, sebuah platform pengurangan resiko bencana, Ia juga alumni Makassar Sea Screen 2016 yang diinisasi oleh Rumata, dan menjadi seniman partisipan di platform Rumpang Nusantara, program dari Cemeti Institut, Yogyakarta.
Karya-karyanya berangkat dari isu sosial dan lingkungan yang berfokus pada pencegahan, penanggulangan serta pemulihan pasca bencana. Pengalaman menjadi penyintas bencana membuat Ama berkomitmen untuk mengabdi dan menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan pengetahuan baru pasca rekonstruksi pascabencana melalui seni. Yellow Memories (2018) adalah karya seni instalasi performatif artefak tsunami, hasil kerjasama Ama dengan Kukuh Ramadhan dan seniman Jepang Daisuke Takeya. Ia juga menggarap karya berjudul Siasat Bermukim yang dipamerkan di cemeti institute tahun (2019), juga karya instalasi dalam pameran Recollecting The Unfinished (2020). Di samping itu, Ia juga menjadi salah satu penulis buku Menyemai Perubahan (2020), Yang Kitorang Rasa Waktu gempa (2019) sebuah buku hasil rekonstruksi ingatan saat melakukan pendampingan masyarakat dan anak-anak di masa darurat bencana Sulawesi Tengah.
Ama terlibat pula dalam aneka rupa kerja produksi film di Palu. Ia kerap menjadi produser, diantaranya adalah Mountain Song produksi Four Colours Films yang mendapat penghargaan di beberapa festival international Asia New Talent Award, Shanghai International Film Festival (2019), Our Last Mangrove dokumenter pendek produksi forum sudut pandang, bekerja sama dengan beberapa peneliti kebencanaan dari LIPI dan BPPT dan film dokumenter sejarah gempa, tsunami dan likuifaksi yang pernah terjadi di Sulawesi Tengah bekerja sama dengan UNESCO International pada tahun (2020).