/   
Siska Aprisia
Yogyakarta

Siska Aprisia biasa disapa Uni Siska atau Uniang. Lahir di Pariaman, 1992. Koreografer, penari, dan pegiat budaya yang kini berdomisili di Yogyakarta. Perempuan yang aktif menjadi koreografer tari sejak 2016 ini, merupakan lulusan Institut Seni Indonesia Padang Panjang Jurusan Penciptaan Seni Tari. Seni tari di Sumatera Barat, menurut Siska, membutuhkan ruang tampil yang lebih banyak. Untuk itu, kesadaran berbagai pihak terutama masyarakat untuk menyediakan ruang itu sangatlah penting. Ia akhirnya memutuskan untuk mendirikan Ranah Batuah, komunitas yang berfokus pada pengembangan seni di Pariaman. 

 

Ia juga terlibat sebagai fasilitator dalam pengembangan Desa Wisata dan festival berbasis masyarakat bersama Yayasan Umar Kayam. Sejak 2016, Ia berkarya menjadi koreografer tari dan beberapa karya tarinya telah dipresentasikan di beberapa perhelatan seperti di Bedog Art Festival (2018), Pandapha Art Space, Yogyakarta (2017), dan Nuart Sculpture Park, sebagai alumni Sasikirana Dance Camp, Bandung (2016). Pada 2019 ia mengikuti kolaborasi bersama Abderzak Houmi, Company Cie-xpress (France), melakukan tur pertunjukan, kolaborasi, dan workshop di beberapa kota di Paris.

 

Pada 2020, Siska Aprisia berkolaborasi dengan Utari Irenza dalam rangkaian Lapuak-lapuak (LLD) #3. Sebuah perhelatan dari studi nilai-nilai tradisi yang digagas oleh Gubuak Kopi melalui proyek seni berbasis media yang berfungsi menemukan pandangan kritis dari generasi kini mengenai isu-isu tradisi dan modernitas yang terus berkembang. Proyek ini dikuratori oleh Albert Rahman Putra dengan tema kuratorial “Merayakan Silaturahmi di Normal Baru”.  Dalam studi ini, Siska dan Utari mencoba meraba kembali kehadiran dan proses pengembangan sebuah gerak dasar menjadi sebuah konstruksi gerak baru atau kemudian menjadi tarian. Selama berproses di dua kota yang berbeda Siska di (Yogyakarta) dan Utari (Agam) memanfaatkan teknologi komunikasi virtual. presentasi Siska dan Utari, dapat menjadi alternatif model presentasi pertunjukan di era Normal Baru. 

 

Di sela-sela kesibukannya, ia masih mempunyai waktu untuk berbagi pengetahuan lewat akun instagramnya. Siska secara rutin mengundang seniman, penggiat seni untuk berdiskusi tentang sosial, seni, budaya, dan perempuan. Menurut Siska, banyak potensi-potensi seniman perempuan di Sumatera Barat, tapi tidak banyak yang menantang diri untuk berkarya di jejaring seni tari di Indonesia. Ia berkomitmen untuk terus mendukung perempuan bergerak produktif dan aktif belajar bersama.

New Post

Imagination and critical thinking are the keys to change. Therefore, art is a fundamental prerequisite for the realization of democracy. Support us in establishing policies that fully advocate for artists.