/   
Mayang Anggrian
Jawa Timur

Malang

Mayang Anggrian, penulis dan peneliti yang saat ini aktif menjadi dosen di Universitas Brawijaya. Ia menyelesaikan pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Malang, 2011 dan meraih gelar Magister pendidikan seni budaya dari Unesa, 2013. Mayang aktif dalam mengembangkan beberapa program pengembangan seni dan budaya di Malang, ia percaya peran komunitas dapat membangun inklusivitas seni di tengah -tengah masyarakat. Sejak 2018, Mayang dan teman-teman tertarik mengembangkan wacana dan praktik seni grafis konvensional (printmaking). Ia pernah bekerjasama dengan Omah Budaya Slamet dan Tyaga Art management untuk mengelola mini residensi seni grafis. Pula, ia melakukan pencatatan kuratorial untuk pameran karya seni grafis di wilayah Malang. Pada 2020, Ia memberikan pengantar kuratorial pada pameran virtual Hanacara dari komunitas Grafis  Andalas.  Tulisannya yang berjudul   Menilik potensi Grafis dalam Mini Residensi Oil Pastel on silk Screen (ub.ac.id) (2018) dapat dibaca di situs http://senirupa.fib.ub.ac.id/

 

Pada 2016 Mayang mulai  mengabdi kepada masyarakat, melakukan penelitian, dan menuliskan kegiatan kesenian komunitas-komunitas di Malang. Diantaranya yakni Citra wisata dengan desain kemasan budaya juga menjadi minatnya, pada 2017 ia terlibat dalam Branding wisata penguatan produk unggulan Sanan melalui desain kemasan produk dan maskot. Ragam pelatihan dan pengelolaan budaya pun pernah ia lakukan, di tahun 2019 ia membantu pengolahan bunga kering teknik resin, untuk alternatif merchandise Dusun Jantur, Desa Gunungsari Kota Batu. Tahun 2020 Mayang aktif terlibat dalam program penguatan manajemen Pokdarwis Kampung Biru Arema dan realisasi wahana mural sejarah. Di tahun yang sama ia juga pernah menjadi salah satu pemateri untuk kegiatan workshop penulisan seni yang diselenggarakan oleh divisi seni rupa DKM. 

 

Mayang berpikir bahwa seni dapat berdaya guna dan memberi daya hidup di tengah -tengah masyarakat. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat, ia ingin mengembangkan program kesenian dan budaya yang inklusif.  Mayang pernah berpartisipasi dalam beberapa pameran seni, yakni pameran kolektif PKMM perupa kota Blitar, media kriya logam (2010), pameran kriya dan keramik kolektif di Anjungan Ken Arok, media ajar; patung gips dan batik (2010), pameran gambar warna-warni rupa di galeri Raos Batu (2011, pameran lukisan Malang Suko Situs Yang Terlupakan (2011), pameran Seni Selaras Bumi di Dewan Kesenian Surabaya, mixed media photography (2012)  dan pameran kolektif di Dinas porbudpar ‘Sekar Art’, mixed media photography(2013). 

 

Tulisan-tulisannya terkumpul dalam jurnal Prabangkara, dan  imajinasi UNES. Pada 2018, buku bunga rampai pemikirannya  dengan judul “Rupa-rupa seni budaya” diterbitkan oleh Pelangi Sastra, Malang. Artikel berjudul Mes 56: Praktik Edukatif Seni Fotografi Kontemporer di Yogyakarta  dapat dibaca di Jurnal Seni unnes.ac.id. Sedangkan Komodifikasi Hijab dalam Budaya Visual di Indonesia dapat dibaca pada Jurnal Seni Rupa dan Desain  isi-dps.ac.id 

New Post

Imagination and critical thinking are the keys to change. Therefore, art is a fundamental prerequisite for the realization of democracy. Support us in establishing policies that fully advocate for artists.