/   
Tambo Arts Center
Sumatera Barat

Bukittinggi dan Padang Panjang

Tambo Arts Center (TAC) adalah komunitas seni rupa asal Sumatera Barat. Terbentuk pada 29 November 2015, TAC awalnya bernama Kampuang Sakato, menjadi wadah bagi seniman Sumatera Barat yang berdomisili di Yogyakarta. Kini, TAC menjadi salah satu komunitas yang berpengaruh dalam skena seni rupa Sumatera Barat. 

 

Bertempat di Bukittinggi dan Padang Panjang, TAC fokus merancang berbagai kegiatan seni rupa seperti, lomba sketsa, tur seni, lokakarya, pameran, dan seminar, berskala lokal dan nasional. Beberapa di antaranya, Pameran Tambo I dan II di Galeri Taman Budaya, Sumatera Barat, Pameran Tambo #3 bertajuk Kapacak yang digelar pada 11 – 17 September 2018 di Auditorium Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, menghadirkan 34 karya dari seniman Sumatera Barat, Bandung, Riau, dan Yogyakarta seperti, Abdul Rozak – Unititle Negative Series, David Armi Putra – Stingless Bees Scape, Hamzah – Ada Antara Tumpukan, Yon Indra – Konstruksi Huruf-Huruf dalam Dimensi Ruang II, Kamal Guci – Antara Surau dan Lapau, Roni Armon – Menyentuh Rasa, Mencari Kemungkinan, Jesca Delaren – Alam Takambang Jadi Guru, Norma Fauza – Memilih Duka, Syahrial – Kita Semua Terhubung, dan Welcome to Firmament karya Zulkarnaini. 

 

Selain menghadirkan seniman dari luar Sumatera Barat, pameran yang digelar selama sepekan itu turut dihadiri Oei Hong Djien dan Melani Setiawan, dua tokoh seni rupa Indonesia. Menurut Yon Indra, pendiri TAC, seluruh kerja artistik komunitasnya adalah ikhtiar untuk memajukan ekosistem seni rupa di Sumatera Barat. Lima tahun berdiri, TAC yang digawangi para seniman besar telah menghasilkan banyak karya. 

 

Tak hanya praktik, Yon dan kawan-kawannya mempertimbangkan pentingnya ranah wacana. Karenanya diskusi dan lokakarya tak pernah absen dalam tiap pameran yang TAC gelar. Selain menjadi wadah untuk mengaktualisasikan karya, pameran, bagi TAC adalah ruang seniman, kurator, kolektor lokal maupun asal Amerika dan Prancis, hingga masyarakat luas untuk berbagi pengetahuan dan koneksi tentang seni rupa, bersatu memperkuat ekosistem seni rupa di tanah minang. 

 

Bak gayung bersambut, eksistensi TAC didukung masyarakat penikmat seni rupa dan Pemerintah Kota Bukittinggi. Sederet pameran yang dihelat TAC berhasil memantik animo masyarakat dan menggerakan pariwisata dan kuliner lokal. Pada pembukaan pameran Kapacak misalnya, terhitung dihadiri lebih dari seribu orang. Dengan sinergi yang positif dari berbagai pihak, ke depannya TAC akan terus berkomitmen untuk bersumbangsih pada kemajuan seni rupa Indonesia.

New Post

Imagination and critical thinking are the keys to change. Therefore, art is a fundamental prerequisite for the realization of democracy. Support us in establishing policies that fully advocate for artists.