Aristofani FahmiDirektur

    Aristofani Fahmi, akrab dipanggil Itok, merupakan seorang pemusik, pemain flute, dan jurnalis, lahir di Bulukumba, Sulawesi Selatan dan tinggal di Pekanbaru. Lulus sebagai sarjana di Jurusan Etnomusikologi, Institut Seni Indonesia (ISI), Solo, pada tahun 2009. Bergabung menjadi Anggota Koalisi Seni sejak 2019, Itok kini menjabat sebagai Sekretaris Pengurus.

     

    Sempat tergabung dalam grup Riau Rhythm, Itok kerap tampil di berbagai konser baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Konser-konser yang mendapat kesempatan mendengar tiupan flute-nya, antara lain: Indonesian Performing Arts Market (2013) Jejak Suara Suvarnadvipa Tour (2014), Solo International Performing Arts (2017), dan proyek tour kolaborasi bersama orkestra OCAS dari Asturias Spanyol di Portugal dan Spanyol (2019).

     

    Sebagai salah satu pegiat yang mengembangkan musik daerah, Itok berpandangan bahwa musik tradisi adalah upaya untuk mempelajari nilai-nilai yang jarang atau tidak dapat ditemukan di musik populer. Acapkali, musik tradisi menuntun jiwa dalam pencarian makna tentang kehidupan, alam, dan pencipta.

     

    Ia juga pernah menjadi jurnalis untuk media Tempo, Rappler.com, serta menulis esai di Riau Pos. Saat ini sedang hobi mengasuh halaman wordpressnya, Perisa Seni. Melalui laman Perisa Seni, Itok kerap memberitakan dan memberi tanggapan mengenai event-event seni terutama musik di berbagai daerah. Ketika terjadi polemik mengenai RUU permusikan pada 2019, Aristofani Fahmi merupakan salah satu orang yang bersuara cukup lantang dalam mengkritisi kebijakan pemerintah itu.

     

    Selain bermusik dan menulis, aktivitas Aristofani Fahmi lainnya beraneka ragam. Ia pernah mengajar di mata kuliah Estetika dan Musik Nusantara pada Program Studi Sendratasik di Universitas Islam Riau. Salah satu pengurus Begawai Institute. Pada 2018 lalu, menjadi salah satu kurator di Temu Musik Skena Nusantara 6.1. Kemudian, bersama koleganya, Aristofani Fahmi berhasil menyelenggarakan Camping Bernas – Muda Bicara Melayu yang diikuti 200 siswa SMA/sederajat untuk memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda tahun 2018 di Pekanbaru. Kala pandemi global melanda, Itok bersama rekan-rekannya di Riau mengonsolidasikan diri untuk menanggulangi dampak pandemi bagi seniman. Mereka membentuk ASERI (Asosiasi Seniman Riau).

    Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.