/   
Ali Sukri
Padang Panjang

Sumatera Barat

Ali Sukri adalah seorang koreografer asal Sumatera Barat dan juga pengajar Jurusan Tari di ISI Padang Panjang. Ia telah menyelesaikan pendidikannya di STSI Padang Panjang pada tahun 2002 dan S2 di ISI Surakarta pada tahun 2008.

 

Ali Sukri telah berkecimpung di dunia tari sejak ia masih menempuh pendidikannya di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Padang. Kemudian ia mulai menimba ilmu tari dengan beberapa koreografer yang berasal dari berbagai aliran. Ali Sukri memulai karya pertamanya di tahun 1998 dengan judul Dentuman Gong Tercipta. Karya tersebut dipentaskan dalam rangka memperingati ulang tahun STSI Padang Panjang.

 

Karya-karya Ali Sukri banyak membahas mengenai sosial, budaya, hingga pengalaman empiris. Beberapa karya tari yang pernah dihasilkan oleh Ali Sukri diantaranya adalah Garis Batas (2017-2018), The Margin of Our Land (2017-2018), Anggun Nan Tongga Perempuan di Balik Jendela (2017), Wujud: Bangkit dari Debu (2016), dan Tonggak Raso dalam forum Pesona Silat Jawa Minang Tour 4 (2016).

 

Dari delapan seniman dan pelaku seni pertunjukkan dalam acara Indonesian Dance Festival (IDF) Jakarta 2014, Ali Sukri merupakan salah satu pelaku seni yang mendapat penghargaan sebagai Koreografer Kreatif se-Indonesia 15 Tahun Berkarya dari 33 Provinsi yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 

 

Dalam American Dance Festival (ADF) yang digelar di Kota Durham dan Duke University, USA, Ali Sukri terpilih untuk mewakili Indonesia dan juga Sumatera Barat. Ia membawakan karyanya yang berjudul The Inside. Saat menampilkan koreografi The Inside, Ali Sukri tetap konsisten memadukan karya kontemporernya dengan kekayaan seni tradisi Minang, seperti seni ulu ambek, silek kumango. 

 

DI pertengahan tahun 2016, kedua karya Ali Sukri dan Eko Supriyanto akan ditampilkan secara bersamaan. Ali Sukri menciptakan Tonggak Raso yang mana mengambil sudut pandang ke arah luar, ia merasa penting adanya sebuah tonggak dalam diri seseorang sebagai mekanisme pertahanan diri dalam menerima berbagai pengaruh dari lingkungan luarnya. Sedangkan Eko Supriyanto memilih untuk menggali lebih dalam, menelusuri akar tanah dan filosofi leluhurnya sebagai upaya penguatan identitas yang kemudian diwujudkan dalam sebuah interpretasi gerak yang kemudian dituangkan ke dalam karyanya, tra.jec.to.ry.

 

Pada tahun 2018, Ali Sukri berperan sebagai koreografer dalam tari-teater The Margin of Our Land. Dasar penciptaan tari-teater ini menampilkan dalam bentuk pertunjukkan seni di atas panggung yang mengkolaborasikan tari, teater, dan musik. Karya ini berbasis pada riset dan penelitian. The Margin of Our Land mencoba memaksimalkan potensi seni tradisi Minangkabau yang diolah menjadi bentuk kekinian. 

Tulisan Terbaru

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.