/   

Aquino Hayunta merupakan seorang aktivis terkait isu demokrasi, anak muda, dan hak asasi. Ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya pada tahun 1999.

 

Aquino Hayunta telah terlibat dalam beberapa penelitian, seperti penelitian sejarah lisan mengenai pelanggaran hak asasi manusia di tahun 1965 dan penelitian yang mendukung National Truth and Reconciliation Commission Indonesia dalam menganalisa pelanggaran hak asasi manusia di bawah rezim Orde Baru.

 

Menurut Aquino Hayunta, jika ingin mengembangkan seni, maka harus mengembangkan ekosistem seninya juga. Ia mencontohkan ekosistem seni pada budaya membatik. Jika membahas batik, di dalamnya ada ekosistem yang terdiri dari teknik, alat, seniman pembatik, teknologi, pasokan bahan hingga pendistribusian. Sehingga kalau ingin melestarikan seni budaya, ekosistemnya juga harus dipertahankan.

 

Selain itu, Aquino Hayunta merupakan seorang pemerhati pendidikan seksualitas pada usia dini dari Komunitas Pasukan Jarik. Ia selalu menekankan akan pentingnya memenuhi kebutuhan pendidikan seksual untuk anak, bahwa pendidikan seksual dapat mulai diajarkan dari sekolah dan lingkup keluarga.

 

Di tahun 2002, Aquino Hayunta terlibat dalam mendirikan komunitas Sekitar Kita dan mempelajari lebih lanjut mengenai isu kepemudaan dan kesetaraan gender. Ia juga pernah bekerja di Yayasan Jurnal Perempuan serta mendirikan divisi anak muda bernama Change.

 

Aquino Hayunta pernah bekerja sebagai public engagement dan manajer program di Koalisi Seni pada tahun 2013-2018. Ia aktif mengawal proses penyusunan UU Pemajuan Kebudayaan sejak 2013.

Tulisan Terbaru

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.