/   
Indonesia Dramatic Reading Festival
DIY

Yogyakarta

Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) adalah sebuah platform inisiatif untuk mencari naskah lakon Indonesia baru dan mengenalkannya kepada publik melalui pembacaan dramatik. IDRF berangkat dari kegelisahan Joned Suryatmoko dari Teater Gardanalla, Gunawan Maryanto, dan Lusia Neti Cahyani dari Teater Garasi akan kekosongan distribusi naskah lakon berbahasa Indonesia untuk kelompok-kelompok teater di Indonesia. 

 

Pengalaman Joned Suryatmoko menghadiri Asia Playwrights Meeting di Tokyo, platform yang menghimpun persatuan penulis naskah lakon Jepang, Gunawan Maryanto dan Lusia Neti Cahyani mengelola program forum penulis lakon di Teater Garasi membuat ketiganya sepakat untuk mendirikan IDRF pada 2010. Di Yogyakarta dan Jakarta, Teater Gardanalla, Teater Garasi, Kelompok Serkiler, Teater Syahid, dan Teater Koma memeriahkan perhelatan IDRF yang pertama. Di tahun berikutnya, IDRF berlangsung di beberapa kota lainnya. 

 

Meski awalnya ditargetkan sebagai ajang uji coba selama tiga tahun, hingga saat ini terus berlangsung berkat antusias pegiat teater yang terus mendukung inisiatif ini. Bahkan pada 2019, IDRF berkesempatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asia Playwrights Meeting di Yogyakarta, mengundang 6 penulis dari Asia Tenggara dan Jepang untuk bertemu dan merayakan naskah lakon Asia. Di tahun yang sama, IDRF diundang untuk berpartisipasi dalam London Book Fair dan menyelenggarakan festival naskah lakon Indonesia selama tiga malam di Ovalhouse, London. 

 

Dalam festival tersebut, naskah lakon Indonesia yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Inggris dibacakan oleh para aktor-aktor dari London. Festival ini berujung pada penerbitan buku New Indonesia Plays oleh Aurora Metro Books, London, satu dari tiga buku yang diterbitkan IDRF. Dua lainnya yaitu Di Luar Lima Orang Aktor (2013) dan States of Crisis: Collection from Asia Playwrights Meeting (2020).Pada 2019, Joned Suryatmoko dan Gunawan Maryanto diangkat sebagai Advisory Board, Muhammad Abe dan BM Anggana menggantikan sebagai direktur dan penata program. Di tengah pandemi Covid-19, IDRF tetap produktif menggelar Festival pembacaan naskah lakon via daring dengan mengundang kelompok-kelompok dari luar Yogyakarta untuk tampil. 

Tulisan Terbaru

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.