/   
Iwan Irawan Permadi
Pekanbaru

Riau

Iwan Irawan Permadi dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan di Indonesia. Iwan Irawan Permadi merupakan salah satu penerima Anugerah Seni dari Pemerintah Riau (2001) dan Anugerah Sagang (2006).

 

Iwan Irawan Permadi pernah bergabung dalam kelompok Teater Roda di Bekasi (Jawa Barat) dan Bandar Teater Jakarta Utara. Ia pun pernah belajar menari di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK)

 

Pada tahun 1984, ia mendirikan Pusat Latihan Tari Laksemana dengan karya pertamanya, Dramatari Laksamana Hang Tuah, yang digelar di Gedung Olah Seni Tangkerang (sekarang Taman Budaya Riau). 

 

Beberapa karya tari yang pernah ditampilkan oleh Iwan Irawan Permadi diantaranya adalah Perisai (1984), Zikir (1985), Cik Masani/Lancang Kuning (1986), Menyibak Tirai Mengintai Nasib (1987), Sapak (1988), Dua lelaki (1993), Hutan (1993), Tidur Di Bukit Tadah Angin (1994), Tuanku Tambusai (1995), Songsong Arus (1997), Asap (1998), Al Rajul (1999), Sirih Besar (1999), Perjalanan Panjang (1999), Akibat Patih karma Wijaya (2001), dan Menyibak Langkah dan Mencari Ruang (2005). 

 

Iwan Irawan Permadi pun sering kali mendapat undangan untuk mengikuti berbagai festival, expo, serta kompetisi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Festival Tari Tingkat Nasional di Jakarta (1984-1990), International Folklore Festival di Prancis dan Spanyol (1995), International Folklore Festival di Belgia (1996), Hannover World Expo 2000 di Jerman (2000), International Dance Competition di Agrigento, Sisilia, Italia (2001), Bintan Zapin Festival di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (2001), Bintan Arts Festival di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dan misi kesenian ke Singapura dan Brunei Darussalam (2002).

 

Dalam acara KABA Festival 4, Iwan Irawan Permadi turut terlibat sebagai koreografer. Pada acara yang diadakan di Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat ini, Iwan Irawan Permadi menyajikan karya tarinya yang berjudul “Air Janggi; Meniti Langkah”. Karya tari tersebut berusaha menggerakkan 4 unsur air, seperti sungai, tasik, selat, dan laut. 

 

Selain sebagai artistic director dan koreografer, sosok yang pernah jadi penasehat Dewan Kesenian Riau ini juga menjabat sebagai Direktur Pasar Tari Kontemporer (PASTAKOM) dan Direktur Eksekutif Zapin Centre, dan Ketua Dewan Pengarah Asosiasi Seniman Riau (ASERI) masa bakti 2020-2025.

Tulisan Terbaru

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.