/   
Kartika Jahja
Jakarta

DKI Jakarta

Kartika Jahja adalah seniman transdisiplin dan aktivis. Setelah menjalani studi di Art Institute of Seattle, ia kembali ke Indonesia dan membentuk band “Tika & The Dissidents” yang mendapat apresiasi dari pecinta musik sekaligus media. Di antaranya “Tokoh Seni Pilihan Majalah TEMPO, 2009”, “30 Women Who Rock” dan “20 Album Terbaik 2016” dari majalah Rolling Stone Indonesia, nominasi “Best Group or Duo” dalam penghargaan Indonesian Choice Awards 2017, NET TV, dan “Aktivis Musik Menginspirasi 2018” dari Musik Bagus Day.

Tahun 2015, Kartika mendirikan Yayasan Bersama Project dengan misi advokasi kesetaraan gender dan penghapusan kekerasan berbasis gender melalui intervensi kreatif. Berbagai karya dan inisiatifnya mendapat penghargaan dari Majalah TEMPO yang menobatkannya sebagai “Perempuan Penembus Batas, 2016” dan media internasional BBC menyertakannya dalam daftar “BBC 100 Women, 2016” – sebuah daftar berisi 100 perempuan paling berpengaruh dan menginspirasi di dunia.

Kartika mendirikan  sebuah ruang alternatif di Jakarta bernama RUANG SELATAN pada 2018 untuk ekspresi kreatif, dialog interseksional, dan pemberdayaan kolektif. RUANG SELATAN adalah respon atas maraknya intoleransi dan persekusi yang mentargetkan kelompok-kelompok rentan (minoritas etnis, keyakinan, seksual dll) dan mengancam kebebasan berekspresi.

Kartika terpilih oleh Australia Council For The Arts untuk mengikuti program Future Art Leaders tahun 2018-2019. Tahun 2021 Australia Council For The Arts, kembali memberinya dukungan untuk melakukan riset bersama pelaku-pelaku seni Australia tentang kepemimpinan matriarkal dalam ruang seni digital.

Pada 2021 Kartika terpilih oleh U.S. Department of State untuk berpartisipasi dalam program pertukaran International Visitors Leadership Program (IVLP)  dengan fokus tematik Diversity, Inclusivity, Equity and Accessibility (Keberagaman, Inklusi, Kesetaraan, dan Akses), dan mendapat penghargaan IVLP Impact Awards 2022. Dan pada Maret 2022, Kartika resmi bergabung dengan Institut Ungu sebagai wakil direktur. Institut Ungu adalah sebuah ruang produksi, eksplorasi  dan edukasi seni budaya untuk  hak asasi manusia dan keadilan gender.

Tulisan Terbaru

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.