United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) melansir gerakan global #ResiliArt sebagai dukungan bagi seniman yang terdampak pandemi COVID-19.
UNESCO sadar pagebluk ini sangat memukul pegiat seni budaya, namun beragam inisiatif yang mendobrak batasan fisik terus bermunculan. Mulai dari konser virtual, museum daring, hingga festival berbasis internet. Lembaga internasional ini juga percaya saat krisis, kita sangat memerlukan seni. Film, lagu, lukisan, dan karya seni lainnya menolong kita bertahan di tengah pandemi. Pendeknya, seni bukan saja lenting (resilient), tapi juga berperan besar membuat kita bertahan hidup.
Tepat pada Hari Seni Dunia, 15 April 2020, UNESCO meluncurkan gerakan global #ResiliArt. Gerakan ini bertujuan menyoroti peran penting seni budaya dalam masyarakat, sekaligus mendorong mekanisme yang menolong pegiat seni budaya agar dapat mengatasi krisis.
Ada beragam cara untuk bergabung. Mulai dari mengadakan diskusi, lokakarya, hingga mengunggah konten tentang di media sosial dengan tagar #ResiliArt dan tag UNESCO. Untuk informasi lebih lengkap, silakan simak berkas ini.
Untuk melengkapi #ResiliArt, UNESCO juga mengembangkan peta interaktif untuk memotret inisiatif seni budaya yang merespon COVID-19. Peta ini tersedia di en.unesco.org/covid19/initiatives. Jika Anda punya inisiatif seni terkait COVID-19, ayo kabarkan pada dunia dengan mengisi formulir ini. Informasi yang terkumpul akan dikurasi UNESCO sebelum diunggah di peta tersebut.