/   Kabar Seni

Indonesia – Hanya dengan berkoalisi, pegiat seni dapat bekerja sama memajukan ekosistem seni sekaligus mengubah Indonesia ke arah lebih baik. Ini ditegaskan Ketua Pengawas Koalisi Seni, Dolorosa Sinaga, dalam Rapat Umum Anggota (RUA) pada 4 Mei 2020.

“Mari berkoalisi. Kita harus punya keyakinan kuat tentang pentingnya seni bagi kehidupan manusia. Kita perlu bersinergi membangun perubahan di negeri ini,” ucap Dolorosa. “Tidak perlu merasa khawatir, kita pasti akan mendapatkan jalan untuk melaksanakannya. Semua yang kita kerjakan ini untuk kemajuan dan perubahan di indonesia.”

Pematung kawakan tersebut membuat pernyataan itu di hari terakhir RUA Koalisi Seni, yang untuk pertama kalinya diadakan secara daring. Pelaksanaan RUA ini dipecah ke dalam sesi dua jam selama tiga hari, yakni 27 April, 29 April, dan 4 Mei 2020. Penyebabnya tak lain pandemi COVID-19, yang menjungkirbalikkan dunia sejak ia muncul. Namun, koalisi ini jadi makin kuat bahu-membahu memajukan ekosistem seni menembus pandemi.

Pelaksanaan RUA di ruang rapat virtual ini justru mencatatkan rekor kehadiran anggota dari beragam penjuru nusantara, mulai dari Padang, Bandar Lampung, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, Malang, Makassar, hingga Gorontalo. RUA hari pertama, kedua, dan ketiga dihadiri masing-masing 75 orang, 74 orang, dan 57 orang. Jumlah ini melebihi kehadiran RUA Koalisi Seni tahun-tahun sebelumnya.

Para anggota bergantian dengan regu sekretariat Koalisi Seni urun rembuk dalam RUA tersebut. Ketua Pengurus, Kusen Alipah Hadi, bersama Sekretaris Pengurus, Retha Dungga, memfasilitasi jalannya RUA. Alex Sihar menyampaikan kabar terbaru mengenai Lembaga Pengelola Dana Perwalian Kebudayaan, sedangkan Yuyun Sulastri berbagi tentang tantangan advokasi di tingkat daerah. Pada hari berikutnya, Tita Djumaryo menceritakan pengalamannya sebagai Koordinator Gugus Tugas Keanggotaan, Rahmadiyah Gayatri merefleksikan uji coba Kelas Advokasi Kebijakan Seni Indonesia (AKSI) pada inisiatif seni Forum Sudut Pandang pascabencana Palu, Juang Manyala berbagi soal advokasi ekosistem musik lewat PrologFest 2019, dan Irwan Ahmett memaparkan proses perancangan logo baru Koalisi Seni. Di hari terakhir, Ratna Dwi Puspitasari mengajak anggota berkolaborasi meningkatkan ketahanan keuangan organisasi, sedangkan Gustaff Harriman mewakili Pengawas Koalisi Seni menyampaikan rencana pembentukan Gugus Tugas Kode Etik. Dolorosa Sinaga lantas menutup rapat dengan pernyataan yang menggugah hati para anggota.

RUA kali ini memutuskan empat hal. Pertama, menerima laporan tahun 2019 dari Pengurus Koalisi Seni. Kedua, menyepakati rencana kerja tahun 2020. Ketiga, menyetujui penambahan pasal tentang kode etik pada Anggaran Rumah Tangga Koalisi Seni. Terakhir, menyepakati pembentukan Gugus Tugas Kode Etik yang bertugas menyiapkan dokumen Kode Etik.

Meski virtual, RUA tetap menghadirkan pengalaman seni lewat layar. Jendela Ide, Heri Lentho, Nova Ruth, Papermooon Puppet Theatre, Mhya Jo, dan Temanku Lima Benua bergantian menampilkan karya-karyanya. Sedangkan Ali Sukri, Abdi Karya, dan Mia Maria memandu anggota bergerak supaya tak kaku terus-terusan menghadap gawai.

Dua anggota yang juga piawai mencatat secara visual membantu dokumentasi proses RUA ini. Yakni, Eine Ayu Saraswati dan Deni Rodendo. Catatan grafis keduanya beserta dokumentasi RUA tersedia bagi anggota Koalisi Seni di bit.ly/bacaRUA2020. (Bunga Manggiasih)

Tulisan Terbaru

Tinggalkan komentar

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.