/   Kabar Seni

Keterangan foto, kiri-kanan:
Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud), Moe Chiba (Programme Specialist and Head of Unit Culture UNESCO Jakarta), Maria Tri Sulistyani (Pendiri dan Direktur Artistik Papermoon Puppet Theatre), Camelia Harahap (Head of Arts and Creative Industries British Council Indonesia), Premana W. Premadi (Ahli Astrofisika, Direktur Observatorium Bosscha).

 

Jakarta – Pembangunan manusia adalah salah satu kunci memajukan Indonesia, dan imajinasi berperan penting di dalamnya. Sebab, imajinasi itulah yang memotivasi manusia untuk bekerja bersama-sama demi terwujudnya cita-cita.

“Imajinasi adalah modal utama agar bangsa ini bisa terus berkembang jadi bangsa yang besar,” ujar Maria Tri Sulistyani, Pendiri dan Direktur Artistik Papermoon Puppet Theatre dalam sesi khusus yang diadakan Koalisi Seni dalam Indonesia Development Forum (IDF) 2019, 23 Juli 2019. “Indonesia sudah terlalu lama tertidur pulas, terlena dengan kekayaan budaya yang terkotak dan hanya dihafalkan di sekolah. Padahal, seni dan budaya adalah kekayaan yang menjadi modal utama kita. Menghadirkan pengalaman seni di berbagai tempat akan menguatkan pembangunan manusia.”

Ia berpendapat untuk membangun bangsa yang imajinatif, banyak cerita perlu disampaikan, pertunjukan harus dipertontonkan, dan musik butuh diperdengarkan. Selain itu, masyarakat Indonesia perlu merayakan tari, mengapresiasi seni visual, serta mendiskusikan beragam narasi.

Dari sisi ketenagakerjaan, seni budaya merupakan sektor sangat potensial. Data Pokok Pikiran Kebudayaan yang telah ditetapkan oleh 330 kabupaten/kota dan 34 provinsi menunjukkan ada 20.696 lembaga bidang kebudayaan di Indonesia. “Artinya, ada banyak tenaga kerja bidang kebudayaan yang kita miliki, masing-masing dengan inisiatif dan keprihatinannya. Tantangan utama kita adalah keterbatasan dan ketidakpastian akses pada sumber daya yang membuat inisiatif mereka dalam banyak kasus bersifat sporadis dan tidak bertahan lama,” tutur Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hilmar memaparkan, sebagai salah satu upaya memajukan sumber daya manusia (SDM) seni dan budaya, pada 2020 pemerintah akan membangun mekanisme Dana Abadi Kebudayaan. Dana tersebut dikurasi secara profesional untuk mendanai inisiatif kebudayaan masyarakat yang dinilai baik dan berpotensi berdampak luas. Melalui mekanisme ini, diharapkan industri budaya tumbuh merata dan berkesinambungan, sehingga memajukan SDM-nya. Pemerintah juga akan mengintensifkan program peningkatan kapasitas seperti residensi dan pertukaran pelaku budaya antar daerah, peningkatan jumlah dan mutu sertifikasi dan standarisasi pelaku budaya, serta penetapan Standar Biaya Khusus bidang kebudayaan agar kontraprestasi pelaku budaya dalam kegiatan pemerintah menjadi lebih layak.

Sementara itu, Premana W. Premadi, Direktur Observatorium Bosscha mengatakan seni bersama sains, teknologi, keinsinyuran, dan matematika (science, technology, engineering, arts, math/STEAM) adalah motor pemajuan peradaban. Menggunakan astronomi sebagai pintu masuk, ahli astrofisika ini memperkenalkan STEAM kepada generasi muda di Pulau Timor sejak 2014. Inisiatif tersebut memperkuat sumber daya manusia, terutama dalam aspek peningkatan kualitas pendidikan serta penyediaan air bersih dan sumber energi terbarukan.

Adapun Moe Chiba, Programme Specialist and Head of Unit Culture UNESCO Jakarta, memaparkan bukti seni dapat memajukan pembangunan. Bermitra dengan organisasi lokal, UNESCO meningkatkan kapasitas 30.000 seniman di desa-desa di Bengali Barat, India, pada 2015-2019. Program itu berhasil memicu komunitas untuk bangga dan percaya diri, mengurangi laju urbanisasi, serta mengerek rata-rata pendapatan peserta hingga 10 kali lipat. Menurut Chiba, Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan seni dalam pembangunan. Kemauan dan komitmen politik sudah ada, meski pelaksanaannya masih perlu ditingkatkan.

Selain sesi khusus ini, anggota Koalisi Seni turut aktif menjadi peserta, pembicara, maupun penampil perhelatan IDF 2019. Pada hari pertama pukul 15.30 WIB, Papermoon Puppet Theatre tampil di Artspace, Lower Level. Berikutnya, pada hari kedua pukul 10.15 WIB, ada Dede Pramayoza (Jaringan Festival Kebudayaan Berbasis Masyarakat) di Stage 4 Kasuari Lounge dan Premana W. Premadi (Festival Langit untuk Semua) di ruang Nuri 1-2. Adapun pukul 13.00 WIB, Purnama Sari Pelupessy (Direktur Sang Akar Institute) menjadi pembicara dalam sesi paralel “Menciptakan Peluang Kerja yang Inklusif” di ruang Merak 1.

Unduh siaran pers ini di sini.

Tulisan Terkait

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.