Sumber: Harian Kompas hal. 5, 16 Mei 2020
Oleh MEDIANA
Di tengah pandemi, pekerja seni kreatif memerlukan dukungan berkelanjutan. Untuk itu, pemerintah bisa menggandeng pihak swasta.
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah disarankan memberikan dukungan berkelanjutan terhadap kelangsungan hidup seniman, pekerja seni, dan ekonomi kreatif.
Ketua Pijar 98 Sulaiman Haikal saat dihubungi, Jumat (15/5/2020), di Jakarta, mengatakan, pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19 berdampak serius terhadap para seniman, pekerja seni, dan ekonomi kreatif. Pada umumnya mereka tidak bisa berdiri sendiri pada saat mengerjakan kegiatan.
Dia mencontohkan, satu acara kesenian biasanya melibatkan puluhan sampai ratusan pekerja teknis. Ketika acara kesenian dibatalkan atau ditunda karena pandemi, otomatis pemasukan mereka terdampak.
Menurut Haikal, hal yang patut diawasi adalah kebijakan pemerintah untuk mendukung seniman, pekerja seni, dan ekonomi kreatif agar tetap berkarya. Ia mencontohkan dua program virtual yang mesti dikritisi, yaitu Pentas di Rumah milik Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Konser Solidaritas Bersama Jaga Indonesia.
”Kami menyoroti keadilan anggaran di dua program itu. Jangan sampai seniman, pekerja seni, dan ekonomi kreatif terutama dari kelas bawah malah tidak diperhatikan,” ujarnya.
Pelaksana Tugas Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kemenparekraf Amin Abdullah menjelaskan, melalui program Pentas di Rumah, seniman atau pekerja seni bisa mengunggah karya berdurasi tiga sampai lima menit ke akun Instagram Kemenparekraf.
Dari sekitar 1.000 pendaftar selama dua minggu, nantinya akan dipilih 200 karya terbaik baik dari individu maupun kelompok.
Untuk individu terpilih, mereka diberikan apresiasi senilai Rp 500.000. Sementara kelompok mendapat Rp 1 juta. Sebanyak 200 karya terpilih itu nantinya disusun menjadi pertunjukan virtual berwujud opera.
”Ini bukan permasalahan besar kecilnya nilai uang apresiasi ataupun anggaran yang kami sediakan. Program ini harus dimaknai sebagai upaya kami memberikan stimulus kepada mereka,” ucapnya.
Dia membenarkan, Kemenparekraf memiliki program Konser Solidaritas Bersama Jaga Indonesia yang akan ditayangkan di sejumlah stasiun televisi, Sabtu (16/5). Hanya saja, Amin memastikan bahwa program itu bukan di bawah dia. ”Saya tidak bisa berkomentar apa-apa mengenai konser itu,” katanya.
Ditunda atau batal
Berdasarkan data Koalisi Seni Indonesia per 21 April 2020 pukul 16.00, terdapat 234 acara seni yang ditunda atau dibatalkan akibat pandemi. Acara seni tersebut meliputi produksi film, konser musik, pameran, serta permuseuman.
Koordinator Peneliti Kebijakan Seni dan Budaya Koalisi Seni Indonesia Ratri Ninditya mengapresiasi upaya pemerintah untuk mengakomodasi seniman berkarya di ruang virtual. Namun, menurut dia, hal itu belum menjadi solusi sempurna.
”Seniman tidak bisa berdiri sendiri. Ada pekerja teknis yang menyokong mereka. Kelangsungan hidup mereka pun perlu diperhatikan,” ujarnya.
Apabila dukungan berkarya di rumah diberikan dalam bentuk seleksi, Ratri menekankan pentingnya transparansi, kriteria, sampai pemilihan. Hal yang harus selalu diingat pemerintah adalah seniman dan pekerja seni harus dihargai atas karyanya.
Dia berharap segala kebijakan pemerintah untuk mendukung kelangsungan hidup seniman jangan sampai tambal sulam. Ratri juga menyarankan pemerintah menggandeng perusahaan swasta untuk mengakomodasi agar para seniman tetap berkarya. Apabila solusinya adalah ”panggung”virtual, pemerintah harus memastikan pemerataan infrastruktur internet. ”Apabila tidak mau selalu tergantung internet, pemerintah bisa mulai membuat protokol khusus produksi karya di ruang fisik. Ini dapat diterapkan bagi produksi film,” katanya. (MED)
Tulisan ini juga dimuat di kompas.id pada 16 Mei 2020.
Ilustrasi: Piqsels.