/   Kabar Seni

Artikel ini adalah hasil terjemahan dari artikel berjudul “Creative Spaces Foster Civic Engagement, Study Finds” yang diterbitkan www.hivos.org. Silakan klik tautan ini untuk membaca artikel asli. 

Penelitian Hivos tahun 2015 mengemukakan bahwa peran ruang ekspresi seni dan budaya sebagai platform bagi kebebasan berekspresi dan berdiskusi meningkatkan kesadaran kritis warga. Studi ini meneliti Book Cafe, ruang kumpul (nongkrong) dan pusat pertemuan seni dan kebudayaan yang sekarang telah tutup. Dibuka tahun 1993, Book Cafe tutup pada Juni 2015 karena masalah keuangan setelah memainkan peran yang sangat penting dalam merawat ekspresi seni dan kebebasan berekspresi di Zimbabwe.

Temuan penelitian ini menyatakan ruang seperti Book Cafe memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan, khususnya perempuan dan anak muda. Sebagai sebuah tempat pertemuan, Book Cafe membantu menjaga hubungan dan kolaborasi bagi aktivis, seniman, dan organisasi, juga mendukung munculnya banyak seniman dan bentuk-bentuk seni yang berorientasi perubahan sosial.

Studi ‘How Creative Spaces Foster Civic Engagement’ menggunakan interview dan data survey untuk meneliti peran Book Cafe dalam merawat aktivisme dalam 15 tahun eksistensinya. Hivos melakukan penelitian ini agar dapat memahami dengan lebih baik bagaimana ekspresi kebudayaan meningkatkan kesadaran kritis warga.

‘Keterpaparan terhadap gagasan dan diskusi kesenian menolong memperluas pemikiran dan kesadaran para seniman dan aktivis. Lewat interaksi santai dan dengan mengalami karya seni yang kuat, rasa isolasi mereka berkurang dan mereka mendapatkan keberanian serta inspirasi untuk berkomitmen terhadap perubahan sosial. Keterampilan baru dan berbagai kolaborasi juga memperluas kapasitas mereka untuk melakukan perubahan,’ demikian isi penelitian tersebut.

Ada 5 nilai yang dipandang penting terkait peran Book Cafe dalam merawat keterlibatan dan aktivisme warga. Nilai-nilai tersebut ialah: menumbuhkan rasa nyaman bagi peserta; menawarkan berbagai pilihan kegiatan; memelihara tingginya komitmen untuk kebebasan ekspresi; memperlihatkan integritas, ketahanan, dan keterampilan dalam menghadapi tekanan politik dan perjuangan atas otonomi ruang dan pendanaan.

‘Book Cafe adalah contoh khusus dari sebuah ruang kreatif yang telah menjaga keterlibatan warga di Zimbabwe, khususnya selama dekade terakhir saat diberlakukannya hukum yang membatasi warga untuk berkumpul. Tempat itu merupakan produk lingkungan sosio-politiknya sendiri.’ kata Tanja Lubbers, Direktur Hivos Regional Afrika Selatan.

“Meski Book Cafe didirikan sebagai tempat bagi pertunjukan dan seniman berkarya, secara alami Book Cafe berubah menjadi satu dari sedikit tempat ‘aman’ di mana orang-orang dari berbagai kelompok masyarakat (aktivis dan non-aktivis) dapat berkumpul dan terlibat di tengah luasnya masalah-masalah sosial poitik yang merongrong negara.”

Sejak dibuka, Book Cafe mengorganisir lebih dari 7500 acara dan pertunjukan musik, 650 diskusi publik, 70 presentasi buku, dan 35 pertunjukan teater, serta menjadi tempat bagi 150 pertunjukan tur internasional. Tahun 2012, Book Cafe mendapat penghargaan Prince Claus Award yang khusus mengapresiasi pencapaian luar biasa dalam bidang kebudayaan di wilayah Afrika, Asia, dan Amerika Latin.

Baca juga: Penelitian Keberlangsungan Lembaga Seni di 8 Kota di Indonesia

Tulisan Terbaru

Tinggalkan komentar

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.