Kelas Advokasi Kebijakan Seni Indonesia alias Kelas AKSI adalah kolaborasi Koalisi Seni dan STH Indonesia Jentera untuk membekali para “agen” advokasi kebijakan seni. Ruang Usik-Usik (RUU) Instagram Live ini membahas “amunisi” tersebut pada 3 Juni 2021. Ahmad Bari’ Mubarak, Asisten Program Koalisi Seni, jadi moderator untuk Danya Adhalia, Asisten Program Koalisi Seni (2019-2020); Fajri Nursyamsi, Pengajar STHI Jentera; dan Yuyun Sulastri, Ketua Perkumpulan Seni dan Budaya Kabunga serta Anggota Koalisi Seni.
View this post on Instagram
Simak juga transkrip yang disusun oleh Margaret Megan berikut ini:
Timestamp | Transkrip |
00:00-6:33 | Bari
Kelas AKSI dimulai dari 2018 tepatnya Mosaik Mimpi 3 Kota yang satu poin utamanya itu Strategi Penguatan Anggota. Dari Strategi Penguatan Anggota itu ada turunannya lagi yang satunya Penguatan Kapasitas Anggota, di situlah kelas AKSI muncul kerja sama sama Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera. Nah di sini ada Bang Fajri terus kelas AKSI mulai digodok salah satunya juga sama Kak Danya ini. Dia yang banyak mikirin dari awal gimana bentuknya kelas AKSI gimana ngebangun kerja samanya dengan Jentera. Gimana ngelakuin uji cobanya. Pernah ikut uji coba kelas AKSI, belum ada nih? Nah barusan ada 2 nih. Nah setelah 3 tahun kelas AKSI dikelola, disiapin, dipusingin akhirnya kelas AKSI dirilis di website Koalisi Seni. Halo, selamat pagi Mbak Yuyun. Alhamdulillah. Oh ya tadi kita udah mulai intronya Mbak. Di mana kelas AKSI. Apa itu kelas AKSI. Kapan kelas AKSI disiapin, dimulai, digodok, dan oleh siapa dan buat temen-temen Kak Yuyun ini salah satu yang ikut uji coba kelas AKSi dan turut banyak pakai ilmu dari kelas AKSI buat mengadvokasi. Oh ya Mbak Yuyun dari Malang mengadvokasi kebijakan seni di Malang begitu. Oke, nggak usah lama-lama kita lanjut ke cerita dari Kak Danya sebagai penggodok kelas AKSI kali ya? |
6:33-6:55 | Yuyun
Ibaratnya muridnya ya. Muridnya kelas AKSI. Para mentor yang ngajarin. |
6:55-7:21 | Bari
Oke kita dengerin dulu dari Kak Danya ya. Gimana sih proses persiapan kelas AKSI yang dimulai di 2019?
|
7:21-9:39 | Danya
Kelas AKSI awalnya di Mozaik Mimpi. Aku bergabung di Koalisi Seni awal 2019, baru selesai Mozaik Mimpi. Aku lihat dari catatan Mozaik, Ama – anggota Koalisi Seni – mencetuskan ide adanya AKSI ini, tadinya singkatannya Akademi Koalisi Indonesia. Saat aku masuk, Mbak Retha mengingatkan ide itu, mimpi untuk Koalisi Seni 2030, yang harus dijalankan untuk menghargai upaya anggota dalam kerja advokasinya sekaligus membangun kapasitas anggota. Tahun itu kita mulai godok. Seru sih, tapi rasanya udah lama banget. |
9:39-10:06 | Bari
Nah ngomong-ngomong yang seru nih, dari uji coba kelas AKSI yang Kak Danya lakuin dan siapin di 2019, apa sih yang paling berkesan dari uji coba itu? Yang paling keingat sampai sekarang nih. |
10:06-12:36 | Danya
Kalau dari akunya sendiri seneng banget kenalan sama temen-temen dari Jentera, Mas Fajri salah satunya. Sebelumnya aku yang masih agak buta ya soal isu kebijakan publik dan advokasi kebijakan, selama proses aku dan temen-temen mengkoordinasi memfasilitasi proses bangun kurikulum untuk diuji coba itu malah jadi aku yang belajar dalam proses memfasilitasi itu. Ya itu berkesan banget sih untuk aku. Uji cobanya itu kan sebenernya langsung hands on ya. Langsung kita coba mengajak anggota dari berbagai daerah waktu itu akhirnya mau dijalankan di Bandung tapi karena satu dan lain hal jadi di Jakarta. Temen-temen datang dari macem-macem daerah, kayak Mbak Yuyun dari Malang, beberapa dari Bandung, ngumpul di Jakarta. Proses uji coba dan rangkaian kelas-kelasnya sudah dijalankan sebagai yang memang mau dibentuk. Jadi uji cobanya tuh nggak di level trial. Jadi kita langsung terjun dan itu seru banget. Jadi menurut aku selain Bari tadi bilang pengembangan kapasitas anggota sebagai agen advokasi daerahnya masing-masing yang berkesan banget buat aku adalah ngeliat ini anggota-anggota yang mungkin sebelumnya jarang ketemu atau belum kenal malah itu kerja bareng intens 4 hari dan memang saling melengkapi. Akhirnya mungkin jadinya teringet kalau ini kita tidak sendiri kerja advokasi. Kita sama-sama. Jadi aku ngeliat membangunnya keeratan itu sih di temen-temen anggota dan itu malah jadi salah satu hal yang berkesan sih buat aku. |
12:36-12:41 | Bari
Oke. Kita tanya langsung ke anggotanya ya ke Mbak Yuyun. Bener begitu Mbak Yuyun? |
12:41-14:37 | Yuyun
Malah lebih parahnya nggak ada yang kenal, jadi bingung ini dari mana, orang mana. Kita ini seniman ya jadi sama-sama masih ada idealisme jadi idenya masih sama. Ternyata di daerah juga ada ketemu hal eyel-eyelan yang sama. Jadi ya kelas AKSI memang hal yang luar biasa banget Mas Bari. Ya itu kesannya sama sih dengan Mbak Danya. Kita kan anggota Koalisi Seni belum pernah ketemu ya. Biasanya ketemu paling kalau ada lewat email atau WA group aja. Nah ketemu sekali langsung di AKSI itu saya seniman yang blind hukum nggak ngerti apa-apa. Ga ngerti kebijakan nggak ngerti sama sekali dan ketemu dengan temen-temen yang senior yang kadang juga pengalamannya jauh di atas saya gitu. Jadi satu grup itu yang satu anak milenial, yang satu sudah sangat senior sekali. Tapi itu bener-bener belajar, nanti saya pasti akan bertemu hal yang sama. Ternyata bener, di daerah gitu. Hambatan yang paling utama adalah di tempat kita ada yang masih muda yang seolah-olah tahu segalanya karena asik dengan internet, yang satunya sudah senior. Karena di AKSI kemarin saya malah juga paham oh jadi gini kita harus (ada target advokasi) ke bawah, ke atas. Ya nggak mudah tetep sama tapi banyak sekali pengalaman dari acara tersebut kalau buat saya gitu. |
14:37-15:03 | Bari
Oke, jadi tantangan lintas generasi itu emang di mana-mana ya di semua tempat pasti ada. Nah kita denger nih dari Bang Fajri yang jadi pengajar langsung pas Kelas AKSI. Gimana tuh Bang ngadepin tantangan itu Bang. Ngadepin murid yang ada yang tua banget ada yang muda banget, ada yang tahu banget ada yang tahu-tahu aja gitu. Gimana tuh tantangannya? |
15:03-16:26 | Fajri
Ya memang kalau menyampaikan apa materi atau lagi dalam sebuah training, tantangan selain beda frekuensi di awal, beda pemahaman di awal juga ada beda generasi tadi yang selalu dijadikan tantangan di awal. Tapi memang yang menjadi penyelesaiannya biasanya di teknik fasilitasinya bahwa akhirnya didiskusikan berada dalam satu meja yaitu salah satu cara untuk mencairkannya gitu. Baru pertama kenal, di awal kan sesinya selalu diawali dengan perkenalan, diawali dengan berpendapat satu-satu ya jadi teknik awal mendengar lalu kemudian menyampaikan pendapat semua diberi kesempatan yang sama ya itu awalan. Lalu kemudian berproses sampai akhirnya gagasan saling tukar gagasan. Lalu kemudian perbedaan itu tetap ada ya itu bagian dari peran ya karena tadi juga Danya udah menyampaikan bahwa advokasi itu bukan suatu hal yang nggak bisa dipadupadankan antara satu gagasan dengan gagasan lainnya tapi perjuangan bersama. Kolaborasi jadi kekuatan besar di balik advokasi sebenarnya. Mungkin itu yang bisa dimaknai dari beda generasi tadi ya. |
16:26-16:34 | Bari
Itu yang terjadi di 2019 kayak berarti ya Bang di uji coba kelas AKSI? |
16:34-17:39 | Fajri
Iya. Bahkan bagi saya yang bisa dikatakan belum terlalu banyak atau belum terlalu sering buat belajar di isu seni ya, pengalaman yang sangat luar biasa di 2019 itu. Karena berhadapan dengan pelaku lapangan. Orang yang langsung berada di lapangan tentu pengetahuan kita menjadi bertambah mendengar dari pengalaman-pengalaman. Lalu, luar biasa pengalaman-pengalaman yang berbasis basisnya beda-beda. Di situ saya bisa mengidentifikasi banyak pelaku seni ya. Seninya bukan hanya 1 seni aja lagi. Beragam seni lagi gitu. Jadi pengalaman cerita yang luar biasa justru disitu kalau menurut saya. Terkait materinya cuman kemudian diikat satu per satu dan alurnya dibuat jadi sebuah training. Jadi memang pertukaran pengalaman, pertukaran gagasan itu yang selama ini bisa jadi hal yang dirindukan ya. Makanya ketagihan nih bikin kelas AKSI lagi dan lagi. |
17:39-18:11 | Bari
Ketagihan oke. Itu kan salah satu alasan kenapa Jentera kerja sama-sama Koalisi Seni buat kelas AKSI gitu. Kalau alasan-alasan lainnya ada nggak Bang? Kenapa Jentera mau gitu, selain alasan yang tadi Bang Fajri bilang? |
18:11-20:25 | Fajri
Ya yang pertama sebenernya ini bukan kerja sama yang pertama ya dengan Koalisi Seni. Jadi Jentera dan Koalisi Seni punya sejarah yang cukup panjang ya dari bahkan mungkin dari awal sama-sama merintis ya. Generasinya bisa sama nih Jentera sama Koalisi Seni mungkin 2014an itu baru awal-awal berdiri ya tapi pertemanannya. Pertemanan orang-orang di dalamnya itu sudah jauh lebih dari sebelum itu kira-kira. Jadi Jentera itu punya satu lembaga riset namanya PSHK. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan. Nah PSHK ini lah yang dari awal melakukan advokasi bersama di isu kebudayaan. Isu kebudayaan dan filantropi sih bersama dengan teman-teman Koalisi Seni yang akhirnya membangun Koalisi Seni. Lalu, semakin kesini passionnya sama di bidang advokasi dan kami mengisi di bidang hukumnya. Teman-teman Koalisi Seni mengisi di substansi kebudayaan di substansi kesenian ya. Jadi agak klop masuk saling paham dan akhirnya berjalan bersama dan kelas AKSI ini ada langkah lanjut ya jadi kita udah saling ngobrol nih. Saling bahas tentang suatu advokasi pembentukan peraturan terutama undang-undang gitu. Kenapa nggak kita akumulasi lebih jauh gitu. Mungkin generasi yang saat itu melakukan advokasi nggak akan selamanya melakukan ya. Kita butuh generasi lain dan butuh generasi berikutnya dan butuh perluasan. Karena isu seni bukan hanya di level nasional aja. PSHK Jentera Koalisi Seni itu hanya bisa cover isu-isu yang sifatnya Jakarta dan Nasional ya kecenderungannya. Sedangkan isu saya yakin ada di semua daerah. Passionnya ada di semua daerah tapi belum dipantik aja nih. Belum dibakar. Jadi koreknya udah banyak di banyak daerah tapi belum dibakar nih semangatnya. Kelas AKSI ini lah kemudian muncul. Jadi itulah kenapa Jentera sangat semangat dan sangat ingin terus mengembangkan kelas AKSI ini bersama Koalisi Seni. |
20:25-21:07 | Bari
Oke. Seni di nasional itu kan jadi tantangan banget ya. Belum lagi bukan sektor seni aja lagi. Semua sektor seni bisa dibilang dan Bang Fajri juga ikut tuh buat nyiapin modul belajar kelas AKSI ini mulai dari uji coba sampai yang dirilis hari ini nih modulnya di website Koalisi Seni dari situ apa yang paling sulit tuh Bang? Paling menantang buat Bang Fajri dan temen-temen Jentera lainnya juga ya mungkin dari temen-temen Koalisi sendiri mungkin menyulitkan nggak ada yang tau. Apa tuh Bang? Gimana tantangannya bikin modul itu? |
21:07-23:31 | Fajri
Ya. Bicara bikin modul training memang bukan hanya substansi sebenarnya yang kadang jadi penting adalah memeras materi itu semendasar mungkin agar semua orang yang baca tuh relate. Relate tuh dalam artian ini yang ini urgensinya saya bisa merasakan. Nah tantangan terbesarnya disitu. Mungkin secara materi advokasi tekniknya, lalu substansi tentu Koalisi Seni udah tau. Tapi gimana kemudian menjadikan itu lebih clear lebih bisa dijelaskan dan erat dengan contoh-contoh. Itu yang jadi tantangan di awal. Tapi seiring kebersamaan seiring diskusi dan ada satu pas percontohan di 2019 itu semakin menajamkan contoh contoh yang ada lalu misalkan pertanyaan dasarnya adalah ngapain seni di advokasi gitu. Mungkin itu pertanyaan paling dasarnya. Ternyata memang setelah didalami setelah dipertajam ya. Memang yang paling urgent untuk diadvokasi bukan aksi seninya tapi hak berekspresinya. Itu hal yang lebih mendasar. Dan itu relate dengan banyak orang jadi kita semua punya hak dan itu sarananya wadahnya bisa lewat seni salah satunya. Nah itulah yang kemudian jadi data dasar ya atau informasi dasar yang paling relate gitu. Mengikat semua pesertanya, bahwa siapa pun kita apa pun aliran seninya, apa pun karya seninya, hak berekspresi itu yang harus diperjuangkan harus diadvokasi. Jadi kalau ditanya tantangan terbesarnya, adalah mencari hal-hal materi-materi yang mengikat dan yang lain itu relate dan dikaitkan dengan contoh-contoh. Itu yang menantang. Tapi itu yang jadi kemudian modal dasar ya. Harta karun terbesar dari modul itu. Kalau nanti teman-teman mau coba bergabung dan ikut, saya pikir akan jadi pengalaman yang luar biasa ketika membaca modul itu. |
23:31-23:48 | Bari
Oke. Dari modul itu kan banyak nih masukan-masukan dari penulis Koalisi Seni yang diakomodir Jentera dari masukannya Koalisi Seni yang Bang Fajri inget apa aja ya? |
23:48-25:23 | Fajri
Kebanyakan memang contoh-contoh misalkan seperti apa sih isu-isu seni yang memang merata ada di daerah misalkan. Ada masukan-masukan tentang bagaimana terkait dengan tempat. Sarana untuk mengekspresikan seni itu. Terkait penyewaan, ketersediaan fasilitas, dan lain-lain. Itu yang cenderung merata. Oke. Itu ternyata yang bisa dijadikan contoh. Atau ada lagi terkait dengan pajak. Ketika kita punya barang atau karya seni dan kemudian mungkin dipertontonkan dipamerkan di sebuah pameran atau diperjual belikan nah konteks pajaknya gimana sih. Emang posisinya gimana sih. Logika dasarnya gimana sih. Kira-kira ya. Nah, atau lagi misalkan nggak lekat hubungannya antara seni dengan misalkan peraturan Perda Peraturan Daerah yang terkait pertunjukan. Gimana sih caranya untuk bisa ngobrol sama si pembentuk kebijakan itu. Nah, hal-hal yag sifatnya mendasar itulah yang kita obrolin dalam pelatihan ini. Kita diskusikan dan ada beberapa materi yang sifatnya oh ini benang merahnya nih. Ada polanya sebenernya. Nah itu yang kemudian kita bisa pelajari bersama di pelatihan ini. |
25:23-26:00 | Bari
Panjang sekali ya prosesnya, isinya. Nanti temen-temen bisa lihat di website Koalisi Seni. Unduh bukunya biar makin dibaca. Oke. Kita lanjut ke Mbak Yuyun nih. Waktu 2019 itu, kan dibuka pendaftaran uji coba kelas AKSI. Apa yang terpikir sama Mbak Yuyun, ketika wah gua harus daftar nih misalnya. Apa tuh Mbak yang dipikirin Mbak Yuyun pengen ikut kelas AKSI gitu. |
26:00-27.00 | Yuyun
Saya tuh dari dulu sering kontra sama pemerintah. Tapi kalau kontra langsung ngomong. Tapi saya nggak punya database. Jadi mental. Apa yang kita sampaikan ke pemerintah kontranya seperti apa akhirnya tidak sampai karena kita nggak ngerti caranya gitu. Nah ketika dibuka langsung saya langsung dateng. Saya nggak tanya acaranya kayak apa pokoknya berangkat gitu. Akhirnya belajar. Jadi kadang-kadang kita tuh memang vokal tapi ternyata salah Mas. Harus ada sebuah proses untuk menyampaikan apa yang akan kita Bella. Ga bisa kita asal bicara asal ngomong nggak bisa harus ada sesuatu yang kita pegang dulu sebagai latar belakang kalau mengajukan sesuatu. Ternyata begitu. |
27:00-27:19 | Bari
Jadi memang sebelum ngomong itu perlu banyak latar belakangnya ya yang disiapin dan ketika ada kelas AKSI, Mbak Yuyun merasa wow ini kayaknya bisa nih memfasilitasi saya. |
27:19-27:36 | Yuyun
Tapi kelas AKSInya juga aku cuman 2 hari. |
27:36-27:40 | Bari
Dari dua hari itu yang paling berkesan apa Mbak? Buat Mbak Yuyun. |
27:40-28:34 | Yuyun
Temen-temen itu unik-unik dan saya banyak belajar lah saya sampai kalau ditanya yang spesial bingung karena semua spesial. Waktu kita pulang kan kita kasih apa yang dipegang di kertas apa harapan kita waktu kita ketemu lagi kelas. Itu saat itu saya tulis sesuatu yang idaman. Saya berharap siapa tahu saya bisa menjadi salah satu pemegang kebijakan. Jadi ya semoga saja. Ya karena memang sulit sekali Mas. Meskipun kita berjuang tapi kalau kita sendirian tanpa didampingi LBH itu tetap aja tetap akan sulit. Tetap kita dianggap kowe ki sopo (kamu itu siapa). Masih sulit masih tetap sulit. Makanya harus belajar lagi. |
28:34-28:41 | Bari
Emang Mbak Yuyun lagi ngeadvokasi apa nih Mbak sekarang di Malang kalau boleh tahu? |
28:41-29:46 | Yuyun
Kemaren yang kita mau berangkat ke Festival Payung Indonesia, saya membuat proposal pertunjukan untuk payungnya Mbah Rasimun. Kalau ynag sekarang, sedang meneruskan Perda Kebudayaan. Perda Kebudayaan sudah inisiator kita pakai PPKD Kota Malang. Pokok Pikiran Kebudayaan Kota Malang. Tapi tetap setelah suratnya masuk ke DPRD kita harus menunggu partai mana yang pegang kendali. Sekarang lebih berat lagi karena akan bertemu dengan kepentingan. Jadi saya masih untuk yang ini yang Perda Kebudayaan Kota Malang ini mungkin nanti terkait dengan SK Lembaga Kesenian di Kota Malang ini harus didampingi oleh LBH. Ga bisa sendirian. Harus terus belajar lagi sama Kelas AKSI, kalau ada lagi. |
29:46-29:58 | Bari
Dari advokasi itu yang terbawa dampaknya dari kelas AKSI ke advokasi kalau ada mungkin bisa diceritain lebih lanjut. |
29:58-31:54 | Yuyun
Waktu pandemi turun itu Mas. Pandemi turun itu kan kita sangat sulit ya. Seniman terutama terdampak itu saya dengar ada dana bantuan BLT di kota satu orang satu juta 3 bulan. Itu saya sudah nggak liat jumlahnya. Memang kalau secara seni nggak layak sekali ya. Untuk seniman nggak layak sekali. Cuman saya sudah berpikir bagaimana caranya agar teman-teman bisa dapet temen-temen seniman. Akhirnya ini saya melewati beberapa proses. Jadi harusnya kan ada langkah 1 2 3 4 5 6 proses advokasi. Setelah ketemu Dinas langsung ngumpulin data seniman, database. Setelah itu diajukan, diterima. Diterima hari berikutnya hari akhir 120 data belum bisa diupload, itu saya sampai nangis banget karena ada yang belum tersampaikan ke databasenya, belum masuk ke server. Akhirnya setelah semuanya masuk masih harus bertemu lagi dengan kelurahan, yang database seniman memang nggak ada. Jadi sebenernya meskipun kita bawa database tapi ternyata di sana itu di kelurahannya nggak ngerti loh itu pemain jaranan nggak ada yang tahu kalau orang itu adalah seorang pengrawit, itu datanya nggak ada di kelurahan. Makanya sekarang karena kita tahun kemaren kita bisa mendapatkan bantuan untuk 350 orang seniman itu ditambah musisi, saya kurang tahu jumlahnya berapa, itu akhirnya sekarang pihak Dikbud malah membuat membuat peseni kolaborasi dengan kelurahan. Karena kelurahan nggak punya database. Jadi saya malah belajar betapa pentingnya data Mas penting banget. Jadi kalau kita mau bergerak apa pun harus punya data jangan asal bergerak karena tidak akan ada sesuatu yang kita bisa hasilkan kalau kita tidak punya data. |
31:54-32:02 | Bari
Jadi 6 langkah advokasinya nggak terpenuhi ya Mba kalau datanya nggak ada. |
32:02-34:01 | Yuyun
Ya nggak bisa. Harus dikasih itunya kalau di modul saya baca ada tahap evaluasi ya Mas ya. Jadi setelah di server masuk semua lega banget saya. Tapi salah ternyata pas keluar data di keluharan nah beberapa nama nggak ada. Loh kok mana ini namanya. Ternyata di kelurahan ada bagian survei nggak tahu kalau mereka seniman. Jadi memang itu tadi Mas. Setelah semua selesai harus ada evaluasi lanjut apa yang sudah kita lakukan itu berhasil atau tidak itu pasti harus ada. Itu satu-satunya menurut saya di antara semua perjuangan saya itu satu-satunya yang saya memakai AKSI yang paling lurus. Itu keren tapi masih kurang masih 300 itu masih belum banyak. Makanya begitu Kemendikbud turun bantuan lagi ya harus diperjuangkan lagi 500 600 700 orang bisa dapet dari Kementerian itu yang satu jt per orang itu. Jadi istilahnya kita perlu data Mas. Perlu data. Itu aja yang dari Kementerian saya petain satu-satu karena mereka orang yang sepuh sepuh itu nggak punya email. Jadi saya runding sama Mbak Tita waktu itu. Mbak itu piye nggak ada emailnya. Akhirnya disuruh bikin email bersama untuk seniman sepuh. Jadi bayangin aja seniman sepuh harus dicari satu satu. Kita di kota nggak punya database. Itu yang saya pelajari yang paling dalam adalah database tuh harus kita punya untuk mewujudkan apa yg kita impikan. Kita perjuangkan. |
34:01-34:18 | Bari
Oke. Nah langkah-langkah advokasi itu ada di modul temen-temen. Terus ada juga nih videonya. Udah di upload di website Koalisi Seni dengan alamat koalisiseni.or.id/kelasaksi. Silahkan dibuka. Nah Kak Danya udah nonton belum videonya? |
34:18-34:24 | Danya
Udah sih. |
34:24-34:25 | Bari
Mbak Yuyun udah nonton belum? |
34:25-34:37 | Yuyun
Lucu banget. Kalau sosialisasi hukum paling enak dengan model seperti itu. Lebih mudah dimengerti. |
34:37-35:26 | Danya
Iya. Pas aku nonton kemarin tuh mikir. Ini dikemasnya tepat banget sih dan selain relevan ya dengan apa yang bisa dinikmati publik juga kan visual animasinya segala macam tapi juga kontennya itu sendiri mungkin orang yang bukan pelaku seni sekalipun pas nonton tuh bisa paham betul isinya kan dan mungkin jadi sadar akan sekelilingnya. Bahwa pelaku seni nih bukan cuma berkarya aja tapi mereka juga sama sama berjuang untuk kerja kerja advokasi seperti itu. Dan aku salut banget sih sama tim riset sama tim kreatifnya itu. Total. |
35:26-35:37 | Bari
Tepuk tangan buat tim riset dan tim kreatif. |
35:37-35:40 | Yuyun
Biar yang muda maju juga Mas diperjuangan. |
35:40-36:02 | Danya
Jadi selama ceritanya Mbak Yuyun itu aku juga jadi mikir kan emang kelas AKSI itu ada untuk menarik semangat-semangat kayak Mbak Yuyun tadi gitu. Jadi memang harus diobrolin terus kan. Jadi ikutan semangat jadinya. Aku aja ikutan semangat jadinya. |
36:02-36:48 | Yuyun
Sekarang saya berharap Jentera ngeluarin buat orang-orang LBH atau ahli hukum karena tidak semua orang mengerti. Kapan hari saya telepon Mbak Bunga, telepon Mbak Tita, saya tanya siapa ini yang bisa ngajarin orang-orang tim advokasi yang ahli hukum loh. Biasa kan mereka kalau S2 tentang tanah, tentang perekonomian. Tidak ada yang menguasai tentang seni. Tidak ada yang ingin belajar tentang seni. Jadi kapan-kapan harus ada pelatihan yang untuk AKSI untuk ahli hukumnya. Biar tenaga seni yang berjuang nggak sendirian, bingung karena LBH-nya nggak paham. |
36:48-38:21 | Fajri
Iya ya jadi menarik ya nyambung ya ke Mbak Yuyun. Bisa jadi temen-temen LBH atau yang biasa mengadvokasi hukum di daerah ya di banyak daerah di Indonesia belum banyak bersinggungan sama isu-isu seni. Bahkan saya pun ketika di awal bergabung di proyek ini ya, masih menerka-nerka titik poinnya di mana gitu. Pertanyaan mendasar misalkan yang diadvokasi dalam seni itu apanya ya, karena kan banyak. Oh ternyata memang Hak Kebebasan Berekspresi yang menjadi krusial untuk menjadi titik temunya. Banyak hak-hak yang lain, hak mendasar penduduk warga negara. Nah mungkin bisa jadi yang tadi dibutuhkan oleh Mbak Yuyun justru peserta yang nantinya ikut pelatihan ini bisa jadi agen-agen penyambung lidah untuk menyebarkan pengetahuan di daerah. Sebenarnya bukan hanya materinya ya. Tetapi jaringan. Jaringan itu sangat berharga ketika materinya tidak bisa tersampaikan misalkan sepenuhnya ya bisa saling berkontak untuk kemudian saling membantu menyebarluaskan materinya. Jadi menarik juga memang dampaknya bisa lebih jauh lagi. Lingkarannya jadi lebih jauh lagi. |
38:21-39:12 | Yuyun
Kapan hari saya bertemu dengan salah satu orang LBH itu yang ternyata dia pernah sekolah di ISI. Nah pas orang ahli hukumnya itu paham itu enak Mas. Walaupun kita orang aktif tapi kalau di kota kita harus berdampingan dengan orang hukum. Nggak bisa kalau sendirian. Kalau yang saya alami. Harus berdampingan dengan orang hukum. |
39:12-40:04 | Bari
Emang butuh ya ternyata dan di Koalisi Seni baru Hafez doang yang baru bener-bener paham hukum seni itu. Pertanyaan terakhir nih buat semuanya. Setelah kita ngobrol panjang lebar terus pernah ngikutin kelas AKSI dari 2019 2020 2021 sekarang. Barangkali kalau Mas Fajri dari 2018 udah pernah diajak ngobrol soal kelas AKSI. Harapannya buat kelas AKSI yang akan diadakan buat anggota Koalisi Seni ini di tahun ini apa? Kelas AKSI juga dibuka untuk publik tahun depan nih. Harapannya apa nih? |
40:04-42:54 | Fajri
Sebenarnya dari awal kelas AKSI ini memang untuk membuat selain lebih tahu, terkait pengetahuan, juga ada pengalaman dan nambah jaringan. Jadi manfaatnya saya pikir akan sangat banyak ya, bukan hanya disimpan sendiri tapi juga bisa dishare untuk orang lain. Nah itu yang jadi poin juga. Selain itu bukan hanya menerima bukan hanya menyerap ya tapi juga justru kehadiran teman teman untuk gabung di pelatihan ini adalah untuk saling sharing juga dengan teman-teman yang lain. Karena materi yang terbaik sebenarnya adalah materi yang saling bertukar pengalaman. Mungkin bisa jadi kita nggak 0 0 banget sebenarnya dengan isu ini tapi tidak menyadari bahwa oh itu tuh namanya advokasi ya. Saya juga kadang menemukan itu juga. Oh itu namanya advokasi, oh ternyata saya sudah pernah melakukan hal yang sifatnya mendasar. Nah itulah yang bisa disharing sama teman-teman yang lain. Sama fasilitator juga sebenarnya karena pengalaman di satu daerah nggak terjadi di daerah lainnya. Tips and trick di satu daerah tentu pernah dilakukan di daerah lainnya. Dan cerita-cerita sukses di satu daerah belum tentu terjadi di daerah lainnya. Jadi bukan hanya akan mendapatkan menyerap ya. Tapi juga bisa saling sharing. Saling berkolaborasi bahkan bercerita tentang pengalaman dan akhirnya mungkin bisa jadi inspirasi atau bahkan jadi contoh bagi teman-teman yang peserta lain untuk melakukan walau sifatnya misalnya ini kan sifatnya kecil ya tapi kadang hal kecil itu mengisi banyak kekosongan gitu. Oh kenapa saya nggak berhasil dia berhasil ya. Nah biasanya tuh hal-hal kecil itu yang akan menentukan. Jadi sekali lagi pelatihan ini memang dikemas untuk manfaatnya bukan hanya materinya tapi jaringan dan juga sharing pengalamannya dan teman-teman bukan hanya banyak menerima tapi juga bisa share apa yang temen-temen dapatkan dan berarti bisa dapat pengalaman dari banyak teman-teman peserta lainnya. Nanti tinggal kemudian bagaimana secara teori secara ilmu pengetahuan tentang advokasi itu semua dikemas dipadatkan sehingga ketika pulang setelah pelatihan banyak hal yang kemudian bisa didapatkan untuk diimplementasiin di wilayah masing-masing lah kira-kira gitu. Mungkin itu untuk saya. |
42:54-43:12 | Bari
Mantap sekali. Bukan hanya menerima tapi juga sharing. Buat mengisi kekosongan. Silahkan nih Mbak Yuyun. Harapannya buat kelas AKSI 2021 untuk anggota Koalisi Seni dan tahun depannya untuk publik. |
43:12-44:19 | Yuyun
Kalau saya sih dulu saya sering. Katanya dulu kalau dekat dengan atau salah satu pemegang kepentingan itu akan lebih mudah menyampaikan. Ternyata tidak. Sangat sulit. Jadi sama saja harus belajar sosok pemerintah harus belajar segala yang berhubungan dengan pemerintahan. Banyak sekali yang harus dipelajari. Jadi harapan saya ke depannya itu anggota Koalisi Seni semuanya ikut belajar tentang AKSI, karena kalau cuman beberapa orang saja nanti penyebarannya akan tetap sulit Mas. Jadi tetap harus kita didampingi oleh tadi. Materi-materi yang untuk ahli hukumnya orang hukum pengacara notaris atau apa kita semua itu bisa berjalan bersama jadi berharap untuk kedua belah pihak ini secara bersama antara pelaku seni dan penggerak juga sama dari advokasi. |
44:19-44:32 | Danya
Mungkin balik sedikit ke persiapan ya karena itu yang benar-benar aku terlibat langsung. Jadi keinget waktu itu ada obrolan tentang uji cobanya, kita mau mempromosikan kelas AKSI nih. Seperti apa nih ke anggota. Jadi sempat ada ide membuat konten konten untuk conditioning kayak membangun urgency kenapa sih harus ikut kelas AKSI ini dan itu bentuknya ada konten konten atau ada juga untuk bikin pameran di RUA waktu itu tapi karena pandemi jadi RUAnya online waktu terakhir tuh. Waktu itu udah ada tuh ide-ide kayak bikin booth kelas AKSI terus di situ bisa mendaftar disitu bisa baca cerita-cerita kerja kerja advokasi anggota yang sudah pernah dikerjakan. Aku kebayangnya menyambung omongan Mas Fajri dan Mbak Yuyun tadi, perlu lanjut diceritakan untuk nyebar awarenessnya juga, dan kayak tadi udah disebut bukan hanya untuk pelaku seninya aja, tapi juga stakeholders lain. Apakah itu orang yang bisa mendampingi dari sisi hukumnya atau stakeholder lain. Siapa pun yang lain even publik untuk ikut jalan bareng. jadi mungkin bukan hanya orang yang bisa bantu dari sisi hukum dan pelaku seninya aja. Menurutku modul yang dilaunch hari ini itu udah keren banget sih cakupannya karena ada sejarah kebijakan seni kan ya kalau nggak salah ya. Menurutku itu perlu terus dikemas dan dikomunikasikan dengan baik ke publik dan ke anggota. Jadi semangat-semangat kayak Mbak Yuyun tadi bisa tertular ke generasi-generasi berikutnya juga gitu. |
47:08-47:13 | Bari
Oke. Terima kasih Mbak Danya. |
47:13-48:10 | Yuyun
Aku pengen ngucapin buat temen-temen pejuang ayolah sama-sama kita belajar advokasi yang berdasarkan ada payung hukumnya. Karena kalau advokasi-advokasi kita seolah ngerti itu nggak bisa. Kalau tidak ada yang memayungi apa pun yang kita perjuangkan. Jadi kita harus rajin-rajin mencari pasal pasal tentang seni mencari berhubungan dengan badan hukum pemerintah agar apa yang kita perjuangkan itu memang ada yang melindungi kelak. Jadi temen-temen jangan berjuang sendiri dan jangan takut dengan halangan. Karena halangan itu mulai dari sebelah dari teman kita sendiri akan menjadi halangan sampai organisasi lain juga akan menjadi halangan. jadi jangan sampai menyerah maksudnya Mas Bari. Jangan sampai menyerah. Pasti nanti akan ada jalan menuju apa yang kita cita-citakan. |
48:10-48:15 | Bari
Oke. Salah satunya lewat kelas AKSI ya Mbak. |
48:15-48:27 | Yuyun
Lewat modul tadi saya baca saja meskipun karena di garis kuning-kuning paham kok. |
48:27-49:47 | Danya
Nambahin sedikit mungkin tadi kan sudah diomongin soal data kan dan dengan ikut kelas AKSI ini mungkin jadi kerja kerja advokasi ini lebih terstruktur kan jadinya untuk temen-temen untuk berjuang tadi Mbak Yuyun sebut. jadi itu membuat apa yang diperjuangkan dan apa yang ingin kita sampaikan juga lebih accountable. Ada pertanggungjawabannya di balik itu. Dan ada latar belakang yang kuat lah kenapa sih ada dasarnya apa sih lalu kalau misalnya ini berhasil dampaknya apa sih kan. Memang benar benar bisa terstruktur dan orang-orang yang pemangku kepentingan pemegang kebijakan tadi yang disebut. Yang belum paham jadi paham jadi paling tidak ada gambaran. Oh kalau aku bantuin temen temen nih dampaknya apa sih yang bisa tercapai dalam skala kecilnya dalam skala besarnya jadi memang kelas AKSI itu selain membuka wawasan itu juga dan pengalaman tadi kayak kata Mas Fajri untuk membangun struktur itu. Kalau kayak di videonya kan ada tuh yang Amel jalan-jalan kayak di peta di hutan kayak Dora kan. Itu visualisasi yang sangat sangat bagus sih untuk menjelaskan struktur yang bisa dibangun sama temen-temen untuk kerja advokasi ini. |
49:47-49:53 | Bari
Bang Fajri mau nambahin lagi? |
49:53-51:25 | Fajri
Setuju ya dari Mbak Yuyun tadi yang sudah pernah merasakan ya manfaatnya dan memang terus menyebarluaskan semangat semangat tadi itu ya. Jadi jangan ragu untuk ambil bagian di pelatihan ini dan mungkin nanti ada kesempatannya nanti silahkan bergabung. Ini akan terus berjalan jaringannya akan terus membesar sehingga mungkin di masa yang akan datang bisa jadi banyak manfaat yang bisa didapatkan dan kita jadi bagian yang menyebarluaskan gerakan ini, agar kemudian hak-hak untuk kebebasan berekspresinya itu bisa dinikmati oleh banyak pihak dan negara ini bisa melakukan kewajibannya. Karena kalaupun disebutkan negara tuh wajib melindungi hak kebebasan berekspresi, kalau hanya berhenti di ucapan itu sulit untuk memaksanya untuk terjadi ya. Tapi justru elemen-elemen masyarakat ini, pegiat-pegiat di bidang seni ini itu justru yang akan banyak mengingatkan dalam konteks sekarang. Atau mungkin belajar di masa yang akan datang seperti yang Mbak Yuyun katakan bisa jadi temen-temen yang akan jadi pemegang kebijakannya kelak. Jadi tahu sebenernya posisinya akan gimana. Jadi manfaatnya akan sangat banyak dan sangat luas jadi mungkin jangka panjang nggak hanya jangka pendek aja. |
51:25-52:20 | Bari
Luar biasa pembicara pembicara kita ini dengan pengalaman yang aneka ragam. Makasih banyak Mbak Yuyun, Kak Danya, Mas Fajri. Sudah ngobrol-ngobrol yang seru berbagi pengalamannya. Semoga kelas AKSI nya lancar dan banyak yang ikut. Dan tahun depan dibuka buat publik kan. Jangan lupa buka di website Koalisi Seni temen temen. Nah itu videonya yang harus ditonton. Makasih banyak. Selamat siang semua. |
Ilustrasi: marrio31 via Canva