/   Kabar Seni

Artikel ini adalah hasil terjemahan dari artikel berjudul “From Cows to Cash: Australia’s Long History of Arts Funding” yang ditulis oleh Amanda Smith dan diterbitkan oleh www.abc.net.au. Klik tautan ini untuk membaca artikel asli.

Sepanjang tahun lalu, kecemasan dan kemarahan muncul terkait berubahnya model pendanaan kesenian di Australia. Apa masalahnya? Amanda Smith melihat kembali bagaimana seni disubsidi di Australia.

Hibah seni pertama yang diberikan untuk kesenian di Australia, bukanlah berupa uang tunai atau cek. Melainkan, ternak.

Pada awal abad ke-19, seorang penyair lulusan Oxford, bernama Michael Massey Robinson, menulis serangkaian ode untuk George III dan Quen Charlotte pada hari ulang tahun mereka. “Ia mendapat dua ekor sapi dari pemerintah karena jasanya sebagai penyair puisi,” kata ekonom David Throsby.

Robinson menjadi penyair pertama dan satu-satunya di Australia, dan mungkin satu-satunya seniman yang dibayar dengan ternak. Skema pendanaan kesenian nyata yang pertama, Commonwealth Literary Fund, ada tidak lama setelah terbentuknya Federasi, di bawah pemerintahan Deakin.

Baca juga: Jejak Maesenas dalam Seni Indonesia

Tapi skema ini tidak membiayai penulis untuk menulis buku, melainkan adalah dana pensiun untuk penulis berusia lanjut. “Menerima dana dari Commonwealth Literary Fund, bukan menjadi hal yang patut untuk dirayakan,” kata Katya Johanson, yang meneliti sejarah dan politik seni di Australia.

“Menerima dana pensiun dianggap cukup memalukan. Jadi nama penerima dananya tidak diumumkan ke publik.” Pada tahun 1939, Literary Fund diperluas untuk menawarkan sejumlah kecil beasiswa kepada para penulis hebat. Ini berlanjut sampai tahun 1960an.

Dewan Kesenian

Bagi seniman, masyarakat umum, dan politisi, mencoba menemukan cara terbaik untuk mendukung kesenian selalu menjadi tantangan tersendiri. Mekanisme yang akhirnya muncul di Australia adalah apa yang kemudian dikenal sebagai Dewan Kesenian.

Asal-muasalnya berasal dari sisi lain dunia, yaitu Inggris, dan tokoh kuncinya adalah John Maynard Keynes. Tidak hanya menjadi ekonom abad ke-20 yang paling terkenal, Keynes juga terlibat dengan salah satu lingkungan artistik paling terkenal di zamannya, Grup Bloomsbury.

Anna Uphurch, penulis buku “The Origins of the Arts Council Movement”, mengatakan ada dua contoh model dari gagasan Keynes terkait Dewan Kesenian. Salah satunya adalah sebuah organisasi yang dibentuk oleh pemerintah Inggris selama Perang Dunia II yang disebut Council for the Encouragement of Music in the Arts (CEMA)

“CEMA mengorganisir kelompok teater, orkestra, dan penari untuk berkeliling di seluruh negeri. Bagi publik, kegiatan ini dapat meningkatkan kepercayaan diri dan keceriaan mereka. Sekaligus memberi pemasukan bagi industri seni pertunjukan,” kata Upchurch.

Keynes ditunjuk sebagai Ketua CEMA pada 1942, dan terlibat dalam pemilihan panel yang terdiri dari para spesialis, yang akan meninjau pengajuan pendanaan untuk bidang seni drama, musik, dan seni visual. Model lainnya adalah sebuah organisasi yang berbeda bernama University Grants Committee, yang mendukung penelitian akademis.

Dewan Kesenian Inggris Raya kemudian didirikan pada 1946, dengan Keynes sebagai Ketua Pendiri untuk waktu yang singkat, sampai kematiannya pada tahun yang sama. “Dia tidak tertarik dengan Kementerian Kesenian, dan sebenarnya dia dan pendukung seni lainnya menentang kementerian dan berargumen untuk hadirnya organisasi lepas dimana politisi tidak terlibat secara langsung dalam menentukan seni seperti apa yang didukung,” kata Upchurch.

Kesenian setelah Perang Dunia II

Kembali ke Australia, diskusi serupa dimulai di Department of Post-War Reconstruction, dibentuk pada 1943, dengan ekonom HC ‘Nugget’ Coombs sebagai Direktur Jenderal. Coombs telah dilatih sebagai ekonom di London dan sangat dipengaruhi oleh Keynes.

“Ia benar-benar memiliki visi menjadikan Australia tempat yang lebih baik dengan masyarakat yang lebih baik pula. Visinya untuk kesenian adalah tentang memperbaiki kehidupan orang Australia dan memperkaya kehidupan orang Australia,” kata Johanson.

Coombs dan rekan-rekannya di Department of Post-War Reconstruction mengemukakan berbagai rencana, termasuk rencana pendanaan kesenian di tingkat pemerintahan. Tapi pada 1949 terjadi perubahan pemerintahan, mengakhiri gagasan tentang pendanaan nasional untuk seni.

“Pemerintah Menzies menganggap skema semacam itu sebagai bukti sosialisme, ketidaksukaan yang muncul karena politik,” kata Johanson.

“Yang menarik adalah semua hal yang muncul dan mewujud menjadi Dewan Kesenian Australia sekitar 20 tahun kemudian, sebenarnya sudah diimpikan oleh Department of Post-War Reconstruction pada pertengahan tahun 1940an.”

Pada 1954, Australian Elizabethan Theatre Trust didirikan sebagai penghormatan kepada Ratu Elizabeth muda. “Ini pada dasarnya untuk seni pertunjukan, untuk mempersiapkan industrinya yang kemudian berkembang menjadi Australian Opera, Australian Ballet, Melbourne Theatre Company, dan Sydney Theatre Company. Semua didanai dengan baik oleh pemerintah,” kata Throsby.

Pada akhir 1960an, ada dorongan kuat untuk mendukung seni. Dan yang pada awalnya dikenal sebagai Dewan Kesenian Australia, dikembangkan. Perdana Menteri saat itu Harold Holt lebih mendukung pendanaan kesenian daripada Menzies.

Baca juga: Filantropi, dan Sumber-Sumber Pendanaan untuk Kesenian di Indonesia

Pada 1967, sekelompok kecil orang awam terpelajar bertemu untuk pertama kalinya, awal dari apa yang akan menjadi Dewan Kesenian Australia. Menentukan model Dewan Kesenian adalah hasil kerja Nugget Coombs di balik layar.

Selama 1960an, Coombs adalah Gubernur Reserve Bank dan juga Ketua Pendiri Australian Elizabethan Theatre Trust. Dia juga menjadi Ketua Dewan Kesenian Australia.

Sejak didirikan pada 1967, Coombs ingin dewan ini memiliki otoritas hukum. Butuh waktu delapan tahun sampai kemudian tercapai di bawah pemerintahan Whitlam. Sehingga, Dewan Kesenian Australia baru benar-benar berjalan di tahun 1975.

Bagaimana Pendanaan Berubah

Dari tahun 1975, organisasi seniman dan seni disubsidi melalui Dewan Kesenian Australia. Perubahan sistem pendanaan kesenian terjadi pada tahun 2015, ketika Senator George Brandis menjadi Menteri Kesenian.

Dalam anggaran federal tahun itu, entitas baru yang disebut National Program for Excellence in the Arts (NPEA), diperkenalkan. “NPEA mengambil $ 105 juta dari anggaran Dewan Kesenian Australia dan memasukkannya ke dalam Kementerian Kesenian yang lalu didistribusikan langsung oleh Menteri,” kata novelis, kritikus dan komentator Alison Croggon.

“Bahkan Dewan Kesenian Australia tidak tahu tentang NPEA sampai hari diumumkan, jadi ini benar-benar mengejutkan.”

Jadi mengapa terjadi perubahan, dan mengapa ini krusial?

“Tampaknya bagi banyak orang, situasi ini merupakan usaha awal untuk menyingkirkan Dewan Kesenian Australia sebagai distributor utama pendanaan kesenian di Australia,” kata Croggon.

“Selama beberapa dekade, sejak terbentuknya Dewan kesenian Australia, pendanaan kesenian dikelola secara lepas, bebas dari kendali menteri.”

Pada November 2015, ketika Mitch Fifield menggantikan George Brandis, NPEA diubah namanya menjadi Catalyst dan $ 32 juta dari $ 105 juta-nya kembali ke Dewan Kesenian Australia. Namun masih ada kekurangan $ 73 juta, yang menyebabkan 65 organisasi seni kehilangan dana Dewan Kesenian Australia mereka tahun ini.

Pendanaan Kesenian Selalu Memicu Pertanyaan

Johanson mengatakan bahwa Dewan Kesenian Australia bisa dikritik karena keputusan pendanaannya dibuat independen dari pemerintah.

“Nilai seni sangat sulit diidentifikasi dan diukur,” katanya.

“Dan ketika pakar seni atau seniman yang membuat keputusan itu, sangat sulit bagi mereka untuk dibenarkan. Mereka sering terlihat seolah-olah hanya sebagai orang-orang yang membagi-bagikan uang dengan teman mereka. Itulah risikonya.”

Baca juga: Siasat Kebuntuan Bantuan Aktivitas Seni di Makassar

Mengalihkan uang dari Dewan kesenian Australia ke pemerintah untuk didistribusikan bukanlah hal yang baru. “Paul Keating terkenal karena dukungannya terhadap seni, namun pada 1991 dia membentuk sebuah Komite Penasehat Kebudayaan yang juga merekomendasikan untuk menahan atau mengarantina sejumlah besar dana dari Dewan Kesenian Australia untuk didistribusikan oleh menteri,” kata Johanson.

Namun demikian, Throsby adalah pendukung model Dewan Kesenian yang digagas oleh ekonom Nugget Coombs dan John Maynard Keynes sebelumnya. “Saya pikir sangat disayangkan bahwa telah terjadi langkah menuju bentuk dukungan yang lebih sentralistis yang kita lihat melalui pengaturan sekarang,” katanya.

“Rencana Senator Brandis adalah langkah yang sangat substansial ke arah itu. Jalannya telah ditahan sedikit oleh program Catalyst yang sekarang kita miliki, tapi tetap saja tidak kemana-mana, selain mendekati kenyataan bahwa ada intervensi pemerintah. ”

Ada argumen lain untuk, dan juga melawan, model Dewan Kesenian itu, menurut Anna Upchurch. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa menjauhkan kesenian dari politik meminggirkan kesenian dan memberikan alasan kepada pemerintah untuk tidak menganggap serius kesenian.

Sebaliknya, ada yang berpendapat bahwa pendanaan kesenian yang melibatkan pemerintah akan malah menguntungkan pemerintah karena memberikan mereka jalan untuk menjauh dari kontroversi yang dipicu oleh kesenian.

Tapi Throsby mengatakan model Dewan Kesenian ini mampu memuaskan semua sisi argumen. “Model ini sangat sesuai karena pegiat seni dapat memiliki independensi tentang bagaimana seni harusnya berkembang, dan hal ini dapat memuaskan pemerintah karena dengan demikian pegiat seni dapat menghasilkan karya-karya yang memang ditujukan untuk kepentingan publik,” katanya.

Tulisan Terkait

Tinggalkan komentar

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.