/   Kabar Seni

Tak kurang dari lima pemagang mampir di Koalisi Seni di tengah pandemi. Kelimanya perempuan, dengan latar belakang pendidikan, profesi, dan lokasi berbeda-beda. Dian Putri, misalnya, adalah jurnalis yang tinggal di Jakarta. Trianingsih merupakan pegiat seni di Denpasar. Margaret Megan, tinggal di Jakarta, saat awal magang berstatus mahasiswa Branding di School of Business and Economics, Universitas Prasetya Mulya. Ningtyas Benita, warga Bandung, ialah lulusan program Arsitektur Fachhochschule Dortmund. Adapun Diva Oktaviana, mahasiswa Antropologi Universitas Airlangga, berdomisili di Madiun.

Ada beragam alasan mereka ikut magang di Koalisi Seni. Dian mengaku kepo belajar seni dari sudut pandang kebijakan. Megan yang sudah lama tertarik dengan dunia seni ingin mendapat pengalaman baru. Benit tertarik untuk mengetahui cara kerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam bidang seni sekaligus menambah pengalaman soal wirausaha dan penggalangan dana. 

“Sebelumnya aku cukup aktif di lingkup kesenian, namun cakupannya masih terbatas. Aku perlu pengetahuan yang lebih tentang berbagai kolam kesenian di Indonesia. Selain itu, Koalisi Seni membuka lowongan magang yang mengharuskan pesertanya memiliki concern di bidang gender. Ini yang jadi magnet untukku mencoba bergabung di Koalisi Seni,” ujar Diva melalui surat elektronik pada Januari 2022. “Harapannya, aku bisa menggali informasi terkait seni sekaligus mempertajam pengetahuan tentang gender.”

Berbagai pengalaman mereka dapatkan saat magang. Benit yang berkesempatan ikut rapat Koalisi Seni dengan sejumlah mitra dan jejaring jadi memiliki sudut pandang baru soal pola kerja LSM. Ia juga jadi punya gambaran tentang skena seniman di beragam kota tempat tinggal Anggota Koalisi Seni, sekaligus belajar menulis lagi dalam kelas peningkatan kapasitas Regu Sekretariat Koalisi Seni. Sementara itu, Dian jadi tahu soal pentingnya seniman melek hukum dan mengadvokasi haknya, agar profesinya tidak dianggap sekadar hobi. Ia juga menikmati serunya menulis profil Anggota yang datanya tak ditemukan di internet, sehingga harus mengandalkan wawancara sekian jam dengan subjek tulisannya.

“Aku belajar mengenai seni, peran advokasi, juga cara menerapkan ilmu dari kampus di ranah media sosial dan desain. Yang tidak kalah berkesan adalah kesempatan baru untuk mengenal Regu dan Anggota Koalisi Seni,” kata Megan.

Akankah ada yang dirindukan selepas masa magang usai?

“Aku bakal kangen sama weekly meeting dan brainstorming ala Divisi Jaringan, seru dan  bikin super senang.  Dari cerita horor, diburu deadline, karaoke virtual, ilmu advokasi, koneksi, sampai solusi kebuntuan menulis tersaji lengkap setiap hari.  Terima kasih  atas arahan dan kesempatannya, semoga bisa berkolaborasi lagi,” tutur Tria.

Secara berkala, Koalisi Seni membuka kesempatan magang bagi yang ingin merasakan bekerja dalam satu-satunya lembaga advokasi kebijakan seni di Indonesia. Pengumuman magang dilakukan melalui media sosial Koalisi Seni di Instagram, Facebook, dan Twitter. Silakan ikuti media sosial Koalisi Seni agar selalu update soal kabar kesempatan magang ini. (Bunga Manggiasih) 

 

Tulisan Terbaru

Tinggalkan komentar

Imajinasi dan daya berpikir kritis adalah kunci perubahan. Karena itu, seni merupakan prasyarat utama terwujudnya demokrasi. Dukung kami untuk mewujudkan kebijakan yang sepenuhnya berpihak pada pelaku seni.